AWAK BADUNSANAK, NDAN!!!

Jumat, 05 Juni 2015

Taslim Chaniago : Tak Takut Bersaing, Kalah-Menang Lumrah

Banyak tokoh muncul dan digadang-gadang berpeluang mengincar BA 1. Di antaranya, Taslim Chaniago, mantan anggota DPR, ikut meramaikan bursa calon gubernur Sumbar lima tahun ke depan. Berikut wawancara wartawan Padang Ekspres, Revdi Iwan Syahputra dengan Taslim Chaniago.
  
Menurut Anda,  seberapa  penting Pilgub Sumbar 2015 ini?
Tentu saja penting. Ini berkaitan dengan kesinambungan pembangunan dan suksesi kepemimpinan di Sumbar. Harus diingat, pergantian kepala daerah jangan sampai mengikis prinsip pembangunan berkesinambungan, apalagi sampai mencabik-cabik bangunan demokrasi di daerah ini.

Pembangunan berkesinambungan seperti apa?
Bukan rahasia lagi, ganti pemimpin ganti pola pembangunan, akibatnya banyak program pembangunan terbengkalai dan tidak tepat sasaran. 

Contohnya?
Ah, saya rasa tak etis memaparkan contohnya. Saya rasa, Anda juga tahu (Taslim tersenyum sambil mengambil lemon tea dan menghirupnya).

Banyak meragukan Anda, apalagi pada 2014 Anda gagal kembali ke Senayan (DPR RI)?
Oke, saya maju karena panggilan hati dan hak konstitusional saya. Memang, usia saya baru 44 tahun, saya rasa bukan halangan bikin perubahan menuju Sumbar hebat dan modern.
Saya ditempa oleh partai saya PAN, ketakwaan saya pada Islam, saya dapat lewat tempaan ormas terbesar di Sumbar, Muhammadiyah. Lalu, saya alumni Unand jadi Ketua Ikatan Keluarga Alumni Unand Jabodetabek.
Saya tujuh tahun menjadi anggota DPRD Sumbar, loyalis dan sahabat saya tersebar di semua daerah di Sumbar. Ini modal bagi saya. Saya tidak pernah mengenal rasa takut bersaing. Kalah dan menang lumrah.

 Apa nilai lebih Anda dibandingkan kandidat lain?
Tak mungkinlah saya menilai diri sendiri. Tapi sebagai referensi, data pemilih di KPU Sumbar itu pemilih muda dan pemula lebih banyak ketimbang pemilih tua. Ini segmen bagi perjuangan saya dan loyalis saya untuk menggarapnya.
Dan ingat, anak muda Sumbar bukan tipikal skeptis dengan politik. Saya sering nongkrong di banyak warung kopi dan kafe, mereka respek tentang politik. Malah kadang-kadang anak muda Sumbar sudah seperti politisi ulung saja gayanya.
Sejarah mencatat anak muda Sumbar tempo dulu punya andil besar merebut dan mempertahankan kemerdekaan republik ini. Tokoh seperti Hatta, Natsir, Syahrir, Hamka dan Tan Malaka menjadi panutan orang muda Sumbar dengan dimensi berbeda saat ini.
Saya terinspirasi dengan tokoh-tokoh muda Sumbar tempo dulu itu, dan siap merefleksikan kembali sesuatu yang menjadi ikon anak muda Sumbar dalam ruang dan cara berbeda.

Sumbar sekarang menurut Anda?
Sumbar butuh percepatan segala lini agar sejajar dengan provinsi lain di Indonesia, tapi faktanya Sumbar kini justru mundur. Sumbar kini cuma posisi kesembilan di Sumatera dalam laju investasi.
Sumbar hanya unggul dari Bengkulu. Ini tamparan bagi kita. Nah, dengan fakta itu, Sumbar butuh kepemimpinan muda yang inovatif dan punya jaringan nasional dan global.
Saya tahu persis potensi sumber daya alam Sumbar. Seperti emas di Solok Selatan itu, kualitasnya menurut banyak penelitian lebih bagus dibandingkan emas Freeport, tapi hanya untungkan pemilik modal. Belum menyejahterakan rakyat Solok Selatan maupun Sumbar.
Lalu kekayaan energi terbarukan Sumbar sangat luar biasa. Seorang pemimpin jangan bersembunyi terus dengan miskin atau SDA, ini butuh lobi, kapan perlu perlawanan agar potensi itu bisa diurus oleh Sumbar.
Atau mengkonkretkan kompensasi atas jasa Sumbar menjaga hutan lindung sebagai paru-paru dunia, share dana kompensasi itu harus jelas dan masyarakat Sumbar harus tahu berapa dan untuk apa dana kompensasi tersebut.
Lalu, Sumbar harus dibangun dengan sinergisitas kekuatan rantau dan kampong. Ini kapital besar kalau digarap serius.

Bagaimana ‘gizi’ Anda hadapi pilgub?
Hehhe, tak etislah saya bilang di sini, nantilah kalau sudah ada tahapannya, pasti saya sampaikan. Tapi, pastilah ada ongkos politik. Maju sebagai cagub saya jamin tidak sebesar yang dibayangkan.
Modal utama saya Bismillahirahamanirrahim, lalu dukungan riil sahabat-sahabat, tokoh-tokoh dan ormas saya Muhammadiyah. Itu dukungan tak ternilai dengan rupiah. (*)

0 komentar:

Posting Komentar