AWAK BADUNSANAK, NDAN!!!

Selasa, 26 Mei 2015

Fauzi Bahar Bicara ”Insya Allah Siap, jika Amanah Itu Ada”


Bicara blak-blakan, berpikir cepat dan taktis adalah gaya Fauzi Bahar. Mantan Wali Kota Padang dua periode 2003-2008 dan 2008-2013, itu digadang-gadang maju sebagai calon gubernur Sumbar periode 2015-2020.
Bagaimana ceritanya? Berikut bincang-bincang Fauzi Bahar dengan wartawan Padang Ekspres Revdi Iwan Syahputra, di rumah Panggungnya di bilangan Gunungpangilun, Padang.

Anda kok pede (percaya diri) untuk maju sebagai gubernur Sumbar periode mendatang?
Oh, bukan pede dinda, namun ini bukti ketulusan saya untuk tetap berbakti dan mengabdi di kampung halaman saya. Saya ingin mencurahkan segenap kemampuan diri saya, potensi yang saya punya, jaringan untuk mengangkat harkat dan martabat Ranah Minang.
Saya telah berjanji untuk itu, jauh di lubuk hati saya, saya ingin berbuat. Jadi, sekali lagi ini bukan soal pede atau bukan, tapi soal keoptimisan saya dan masyarakat yang masih percaya saya. Itulah sikap saya. 

Sebagai Wali Kota Padang dua periode, apa yang bisa Anda banggakan?
Saya sangat cinta dengan masyarakat saya. Saya tahu, tanpa mereka saya bukan siapa-siapa. Dua periode adalah bukti cinta mereka (masyarakat Padang, red) pada saya. Namun, dua periode yang saya jalani adalah waktu yang teramat berat. Dalam rentang waktu 10 tahun itu, dua bencana besar telah terjadi.
Gempa tahun 2007 dan 2009. Nah, upaya rekonstruksi dan pemulihan mental, infrastruktur bangunan, sangat menyita tenaga dan pikiran kami. Namun, alhamdulillah, berkat kerja sama semua pihak, kita dapat bangkit lagi.
Nah, terkait pertanyaan apa yang bisa saya banggakan? Saya rasa, saya tak ada niat untuk bangga-banggaan, biar masyarakat dan Allah SWT yang tahu, apa yang telah saya perbuat.
Namun, upaya konkret yang saya lakukan di awal-awal pemerintahan saya dulu, menabuh genderang perang terhadap togel (toto gelap). Meski mendapat tantangan dari berbagai pihak karena judi togel telah menjadi permainan hampir semua kalangan masyarakat, saya tetap konsisten memberantasnya. 

Terobosan lainnya? 
Saya lanjutkan yang tadi ya dinda, soal togel, berkat kegigihan dan dukungan lembaga terkait serta masyarakat, perlahan namun pasti, togel dan berbagai penyakit masyarakat mulai menghilang dari Padang.
Kalaupun masih ada, para pecandu yang susah berhenti dari hobi buruk itu, tidak berani lagi terang-terangan. Pemko selalu mengawasi mereka melalui kerja sama dengan kepolisian.
Terkait soal jilbab, saya pikir itu bukan terobosan. Itu sebenarnya kewajiban bagi umat muslim. Saya hanya menjalankan itu.Soal terobosan Padang yang mewajibkan jilbab untuk pelajar diadopsi daerah lain di Sumbar dan luar Sumbar, itu menurut saya bagus. Dan, itu bukanlah kebanggaan saya. Saya hanya bersyukur apa yang saya lakukan juga menggugah daerah lain untuk melaksanakannya.
Saya memang senang membuat kebijakan yang berhubungan dengan agama. Ini mungkin terinspirasi dari keluarga saya. Ayah saya bernama Baharudin Amin, lebih dikenal dengan sebutan Wali Bahar.
Sebab, semasa agresi antara 1949-1951, menjabat sebagai wali nagari di Kototangah. Watak kepemimpinan ayahlah yang mengalir ke saya. Menjadi wali nagari di zaman agresi, zaman yang amat sulit, bukanlah pekerjaan yang mudah.
Ibu saya Nurjanah Umar, tamatan Diniyah Putri Padangpanjang, seorang guru yang juga aktivis Muhammadiyah. Nah, darah ibu saya yang kuat dengan agama inilah yang menanamkan dasar agama pada saya.
Inilah yang menginspirasi saya untuk memperkuat pembangunan mental para generesi penerus kita, dan anak-anak untuk menghafal asmaul husna serta Pesantren Ramadhan, wajib zakat dan menghafal juz amma dan lainnya.

Awalnya ada rumor Anda akan maju di Kepulauan Riau sebagai Cawagub, benarkah?
Betul, saya memang diusung untuk salah satu cawagub Kepri. Bahkan, nama saya sudah masuk dalam bursa survei. Ini murni karena adanya dukungan dari paguyuban masyarakat Minang di sana, dan beberapa elemen masyarakat.
Istri saya kan orang Kepri, lahir di Tanjungpinang, tentunya dukungan pihak istri juga ada. Namun, beberapa waktu lalu, ada desakan dari masyarakat agar saya balik saja ke Sumbar dan mencalonkan diri sebagai calon gubernur.
Setelah saya pikirkan dan saya diskusi dengan petinggi partai saya, PAN di Jakarta, akhirnya direstui agar balik ke Sumbar. Dengan mengucap Bismillah, saya tetapkan hati untuk maju di Sumbar.
Insya Allah, jika amanah itu ada, dan masyarakat memberikannya, saya siap. Bukti kesiapan itu, saya pun mendaftarkan diri ke beberapa partai di Sumbar. 

Bagaimana peluang Anda di Pilgub?
Saya pikir, semua calon memiliki peluang yang sama. Baik itu incumbent atau bukan. Kita tahu beberapa kepala daerah bakal habis masa jabatannya yang dua periode, tentunya mereka punya peluang juga untuk maju sebagai cagub.
Malah, duo incumbent Gubernur Irwan Prayitno dan Wagub Muslim Kasim juga sama-sama bakal maju, tentu ini akan menjadi lebih menarik.
Namun, tentunya kami sudah menyiapkan strategi pemenangan. Pengalaman saya ikut Pilgub 2010 yang menempati urutan ke-4 dari 5 pasangan calon, adalah pengalaman berharga. Karena itu, kali ini saya akan memantapkan diri menyusun strategi yang lebih baik.
Dimulai dengan survei elektabilitas, kemudian memperkenalkan diri di kabupaten/kota di Sumbar.
Visi dan misi saya adalah menegakkan kembali prinsip syarak mangato adat mamakai, agar daerah ini bisa melahirkan lagi tokoh-tokoh besar seperti Mohammad Hatta dan Buya Hamka. Kita rindu dengan kebesaran Ranah Minang. 

Kabarnya Anda menyiapkan anggaran cukup besar pada pilgub ini?
Tentunya dinda, jika akan bertarung di pilgub nanti pasti akan dibutuhkan amunisi (logistik, red), namun soal besarannya kita belum menghitung. Nantilah, kita pasti akan laporkan ke KPK dan ke KPU. Sabar ya dinda (sambil tersenyum). (*)

0 komentar:

Posting Komentar