AWAK BADUNSANAK, NDAN!!!

IKPS Bulat Dukung MK-Fauzi

Masyarakat Pesisir Selatan Siap menyatukan dukungan untuk pasangan Muslim Kasim – Fauzi Bahar.

Dorong UNP Lahirkan Pemimpin Mumpuni

Rektor dan Pembantu Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), bersama alumni UNP, Muslim Kasim - Fauzi Bahar.

Syamsu Rahim Dukung MK-Fauzi

Bukan hanya mendukung, tetapi Syamsu Rahim juga menerima amanat sebagai Ketua Tim Sukses Muslim Kasim - Fauzi Bahar.

Shadiq Pasadigoe Dukung MK-Fauzi

SP : Saya lebih suka melihat ke depan. Bagaimana membangun Sumbar lebih baik, membenahi kesejahteraan masyarakat dan memajukan nagari. Saya dan keluarga mendukung Pak Muslim dan Pak Fauzi untuk kemajuan Sumatera Barat.

Silaturahmi dengan Tokoh dan Perantau Minang

Muslim Kasim dan Fauzi Bahar Bersama tokoh dan perantau minang : Is Anwar, Azwar Anas, Fasli Djalal, Fahmi Idris dan Mulyadi.

Jumat, 05 Juni 2015

Taslim Chaniago : Tak Takut Bersaing, Kalah-Menang Lumrah

Banyak tokoh muncul dan digadang-gadang berpeluang mengincar BA 1. Di antaranya, Taslim Chaniago, mantan anggota DPR, ikut meramaikan bursa calon gubernur Sumbar lima tahun ke depan. Berikut wawancara wartawan Padang Ekspres, Revdi Iwan Syahputra dengan Taslim Chaniago.
  
Menurut Anda,  seberapa  penting Pilgub Sumbar 2015 ini?
Tentu saja penting. Ini berkaitan dengan kesinambungan pembangunan dan suksesi kepemimpinan di Sumbar. Harus diingat, pergantian kepala daerah jangan sampai mengikis prinsip pembangunan berkesinambungan, apalagi sampai mencabik-cabik bangunan demokrasi di daerah ini.

Pembangunan berkesinambungan seperti apa?
Bukan rahasia lagi, ganti pemimpin ganti pola pembangunan, akibatnya banyak program pembangunan terbengkalai dan tidak tepat sasaran. 

Contohnya?
Ah, saya rasa tak etis memaparkan contohnya. Saya rasa, Anda juga tahu (Taslim tersenyum sambil mengambil lemon tea dan menghirupnya).

Banyak meragukan Anda, apalagi pada 2014 Anda gagal kembali ke Senayan (DPR RI)?
Oke, saya maju karena panggilan hati dan hak konstitusional saya. Memang, usia saya baru 44 tahun, saya rasa bukan halangan bikin perubahan menuju Sumbar hebat dan modern.
Saya ditempa oleh partai saya PAN, ketakwaan saya pada Islam, saya dapat lewat tempaan ormas terbesar di Sumbar, Muhammadiyah. Lalu, saya alumni Unand jadi Ketua Ikatan Keluarga Alumni Unand Jabodetabek.
Saya tujuh tahun menjadi anggota DPRD Sumbar, loyalis dan sahabat saya tersebar di semua daerah di Sumbar. Ini modal bagi saya. Saya tidak pernah mengenal rasa takut bersaing. Kalah dan menang lumrah.

 Apa nilai lebih Anda dibandingkan kandidat lain?
Tak mungkinlah saya menilai diri sendiri. Tapi sebagai referensi, data pemilih di KPU Sumbar itu pemilih muda dan pemula lebih banyak ketimbang pemilih tua. Ini segmen bagi perjuangan saya dan loyalis saya untuk menggarapnya.
Dan ingat, anak muda Sumbar bukan tipikal skeptis dengan politik. Saya sering nongkrong di banyak warung kopi dan kafe, mereka respek tentang politik. Malah kadang-kadang anak muda Sumbar sudah seperti politisi ulung saja gayanya.
Sejarah mencatat anak muda Sumbar tempo dulu punya andil besar merebut dan mempertahankan kemerdekaan republik ini. Tokoh seperti Hatta, Natsir, Syahrir, Hamka dan Tan Malaka menjadi panutan orang muda Sumbar dengan dimensi berbeda saat ini.
Saya terinspirasi dengan tokoh-tokoh muda Sumbar tempo dulu itu, dan siap merefleksikan kembali sesuatu yang menjadi ikon anak muda Sumbar dalam ruang dan cara berbeda.

Sumbar sekarang menurut Anda?
Sumbar butuh percepatan segala lini agar sejajar dengan provinsi lain di Indonesia, tapi faktanya Sumbar kini justru mundur. Sumbar kini cuma posisi kesembilan di Sumatera dalam laju investasi.
Sumbar hanya unggul dari Bengkulu. Ini tamparan bagi kita. Nah, dengan fakta itu, Sumbar butuh kepemimpinan muda yang inovatif dan punya jaringan nasional dan global.
Saya tahu persis potensi sumber daya alam Sumbar. Seperti emas di Solok Selatan itu, kualitasnya menurut banyak penelitian lebih bagus dibandingkan emas Freeport, tapi hanya untungkan pemilik modal. Belum menyejahterakan rakyat Solok Selatan maupun Sumbar.
Lalu kekayaan energi terbarukan Sumbar sangat luar biasa. Seorang pemimpin jangan bersembunyi terus dengan miskin atau SDA, ini butuh lobi, kapan perlu perlawanan agar potensi itu bisa diurus oleh Sumbar.
Atau mengkonkretkan kompensasi atas jasa Sumbar menjaga hutan lindung sebagai paru-paru dunia, share dana kompensasi itu harus jelas dan masyarakat Sumbar harus tahu berapa dan untuk apa dana kompensasi tersebut.
Lalu, Sumbar harus dibangun dengan sinergisitas kekuatan rantau dan kampong. Ini kapital besar kalau digarap serius.

Bagaimana ‘gizi’ Anda hadapi pilgub?
Hehhe, tak etislah saya bilang di sini, nantilah kalau sudah ada tahapannya, pasti saya sampaikan. Tapi, pastilah ada ongkos politik. Maju sebagai cagub saya jamin tidak sebesar yang dibayangkan.
Modal utama saya Bismillahirahamanirrahim, lalu dukungan riil sahabat-sahabat, tokoh-tokoh dan ormas saya Muhammadiyah. Itu dukungan tak ternilai dengan rupiah. (*)

Rabu, 03 Juni 2015

Irwan Prayitno : Saya Menunggu Amanah dari Partai


Sejumah partai politik (parpol) telah membuka pendaftaran calon gubernur Sumbar, namun Gubernur Irwan Prayitno masih tenang-tenang saja. Beberapa nama yang selama ini digadang-gadang masuk bursa pemilihan gubernur (pilgub), telah mendaftarkan diri ke seluruh parpol yang membuka pendaftaran.
Berikut wawancara wartawan Padang Ekspres Rommi Delfiano dengan Gubernur Irwan Prayitno di rumah dinasnya, Kamis (12/2) lalu.

Anda tak menggubris pendaftaran calon gubernur oleh sejumlah parpol, apakah Anda tidak maju lagi?
Hehehe…, tidak begitu juga. Bagaimana saya bisa menyatakan maju atau tidak, aturan yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) masih dalam proses.
Bila sudah selesai dibahas oleh DPR bersama pemerintah sekitar 17 Februari nanti, barulah bisa kita jadikan rujukan guna melakukan persiapan. Termasuk, keputusan maju atau tidak dalam pilgub mendatang.    

Menurut Anda, apa saja poin penting dalam revisi UU Pilkada tersebut?
Sebetulnya banyak hal, namun terpenting ada tiga poin. Pertama, kendaraan parpol pengusung. Sekarang ini masih ada dua opsi yang masih berkembang, apakah 20 persen kursi di DPRD Sumbar atau 15 persen.
Ini jelas berpengaruh terhadap koalisi parpol pengusung calon nantinya. Kalau misalnya 15 persen, hanya Partai Golkar yang bisa mengusung calon sendiri tanpa berkoalisi. Sedangkan parpol lainnya harus berkoalisi.
Kedua, satu paket dengan calon wakil gubernur sekaligus atau cukup calon gubernur saja. Termasuk, opsi dua wakil gubernur bagi provinsi yang berpenduduk 3-10 juta jiwa.
Terakhir, soal jadwal pelaksanaan pilkada, tahun ini atau tahun depan. Kalau tahun depan, tentu kita masih memiliki waktu yang lebih panjang, ketimbang bila diputuskan pilkada dilaksanakan tahun ini. Akibat persoalan inilah, sampai sekarang ini kita belum bisa mengambil keputusan maju atau tidak.

Di samping aturan, tentu masih ada persoalan lainnya?
Ya. Saya ini kan kader PKS (Partai Keadilan Sejahtera), jadi yang memutuskan saya maju atau tidak, tetap saja parpol. Artinya, saya tak bisa memutuskan maju atau tidak secara pribadi.
Di PKS, kader maju atau tidak, partailah yang berhak memutuskannya sesuai mekanisme di internal. Mulai dari pemilu internal, termasuk proses musyawarah dan mufakat. 
Nah setelah diputuskan, barulah partai yang mencari partai tambahan (pasangan koalisi, red). Di PKS, tak ada yang namanya kader mendaftar atau mencari-cari amanah.
Inilah pola di PKS, parpol lebih aktif ketimbang calon. Dalam Pilgub 2010 lalu, pola ini berjalan dengan baik. Waktu itu, saya datang ke Padang malam menjelang penutupan pendaftaran calon ke KPU Sumbar.
Kalau sekarang, jelas masih banyak waktu. (Dalam wawancara Padang Ekspres seusai mendaftarkan diri ke KPU Sumbar dalam Pilgub 2010 lalu, sebetulnya Irwan memang tak berniat maju dalam Pilgub 2010 lalu. Biarpun namanya paling diunggulkan dalam pemilu internal, namun Irwan menolaknya. Terlebih lagi, Irwan sudah mempersiapkan diri menjadi duta besar (dubes) di salah satu negara di Eropa. Namun di detik-detik akhir menjelang ditutupnya pendaftaran pasangan calon, hati Irwan luluh setelah dewan syuro DPP PKS memutuskan dirinya maju dalam pilgub).

Pertimbangan lainnya?
Tentu, pertimbangan paling penting lainnya soal kepuasan masyarakat Sumbar. Bila masyarakat puas dengan kinerja Pemprov Sumbar selama lima tahun terakhir dan menghendaki saya maju lagi, insya Allah saya akan maju lagi.
Sejauh ini, berdasarkan catatan sejumlah survei, tingkat kepuasan masyarakat di atas 70 persen (Irwan enggan menyebutkan secara pasti lembaga surveinya). Jelas ini bakal menjadi bahan pertimbangan saya sebelum memutuskan maju atau tidak dalam pilgub mendatang.

Bagaimana Anda melihat gerak cepat pesaing Anda? 
Bagi saya, semakin banyak orang yang maju dalam pilgub mendatang jelas semakin bagus. Ini pertanda demokrasi di Sumbar sudah berjalan dengan baik. Saya tak takut terhadap apa yang berkembang beberapa hari belakangan ini (beberapa tokoh politik mendaftarkan diri ke sejumlah parpol). Alhamdulillah, bila nantinya tak terpilih menjadi gubernur, masih banyak pekerjaan yang menunggu saya. Jadi, kenapa harus cemas.
Intinya, secara pribadi saya tak ingin mencalonkan diri jadi gubernur. Namun kalau diberi amanah oleh parpol, mau tak mau saya harus siap. Jadi, sekarang saya menunggu amanah dari parpol. (Irwan sendiri sebelum terpilih menjadi gubernur Sumbar, tercatat sebagai Guru Besar Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Pendiri Yayasan Pendidikan Adzkia, penulis buku bertemakan psikologi, pendidikan, dan agama, serta lainnya).

Kalau Anda maju, kabarnya Anda tidak lagi berpasangan dengan Muslim Kasim (Wakil Gubernur Sumbar), apa betul?
Jelas tidak mungkin. Beliau (Muslim Kasim, red) sudah mendaftarkan diri jadi calon gubernur. Dulunya (tahun 2010), beliau juga memang mencalonkan diri jadi calon gubernur. Mungkin beliau cocoknya menjadi gubernur.
Namun kalau beliau mencalonkan jadi wakil gubernur, tentu masih ada peluang. Tentu tak mungkin pula saya menjadi wakil gubernur nantinya. Jadi, tak mungkin pula saya meminta beliau mencalonkan diri jadi wakil gubernur. Itu kan hak asasi beliau. (Muslim Kasim sudah mendaftar menjadi cagub di Partai NasDem, PAN dan Hanura).
  
Sekarang ini berkembang isu di masyarakat, gubernur mendatang asal bukan Irwan, tanggapan Anda?
Bagi saya, semua itu wajar-wajar saja. Sudah biasa seorang incumbent jadi musuh bersama, dan itu sudah biasa pula terjadi dalam politik. Kalaupun itu betul, saya pikir itu hanyalah sentimen pribadi saja dan bukan pandangan partai. Soalnya, sejumlah partai sudah menginginkan saya maju menggunakan partainya. 

Bagaimana Anda melihat kinerja yang sudah dicapai lima tahun terakhir? 
Saya pikir masyarakat Sumbar lah yang berhak memberi penilaian. Namun, lima tahun terakhir saya sudah bekerja sebaik-baiknya. Pascagempa 30 September 2009, Sumbar pelahan bangkit. Ditandai bantuan rehab rekon gempa Rp 4,865 triliun melalui dana APBN 2010-2014.
Selain itu, pembangunan infrastruktur multiyears senilai Rp 1,025 triliun dalam APBD Sumbar. Lalu, menyelesaikan Hotel Balairung dan Jalan Sicincin-Malalak, pembangunan Kelok 9, meneruskan pembangunan Masjid Raya, pengembangan Pelabuhan Teluk Bayur pembangunan Flyover di Bukittinggi dan lainnya.  
       
Ke depan, apa pembangunan strategis yang perlu dilanjutkan? 
Sebetulnya masih banyak. Mulai dari penyelesaian pembangunan Masjid Raya Sumbar, pembangunan terowongan Malalak-Balingka Kotogadang, Jembatan Ngarai Sianok, Jembatan Kabel Sungaidareh, Jalan Layang Silaing Padangpanjang, Stadion Utama Sumbar, Islamic Center dan Asrama Haji Sumbar, Pusat Kebudayaan Sumbar dan lainnya. (*)

Selasa, 02 Juni 2015

Epyardi Asda : Program tak Jelas, Kada Banyak Pencitraan

Setelah terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan (Dapil) Sumbar 1 untuk periode ketiga kalinya, Epyardi Asda kini membidik Sumbar 1. Lantas apa yang melatar-belakangi politisi PPP ini maju dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Sumbar akhir tahun ini?
Berikut hasil wawancara wartawan Padang Ekspres Zulkarnaini, Rommi Delfiano, dan Revdi Iwan Syahputra dengan Epyardi Asda yang secara khusus datang ke gedung Graha Pena Padang usai mendarat di BIM, kemarin (24/2). 
Apa yang sudah Anda lakukan selama menjadi anggota DPR RI?
Sebenarnya saya bukanlah orang baru di dunia politik. Saya sudah mulai berpolitik sejak tahun 2004. Keikutsertaan saya di politik, karena ingin mencoba sesuatu hal yang lain daripada mengelola perusahaan sendiri yang telah sukses yang saya tekuni sejak 1997 lalu.
Kalau ditanya seperti perjalanan saya di bidang politik ini, saya juga tidak pernah menduga sebelumnya. Saat maju pertama kali ke jalur legislatif, saya menduduki nomor urut pertama saat maju ke DPR RI lewat PPP.
Alhamdulillah terpilih. Di sinilah saya mulai mempelajari seperti apa kemauan masyarakat Sumbar. 
Ini juga yang sudah memberi saya kepercayaan untuk duduk di DPR RI hingga kini. Tapi setelah saya lihat, sejak mulai tahun 80-an meninggalkan kampung halaman, tak banyak perubahan Sumbar.
Berangkat dari situlah, saya pun berjuang  di Senayan (DPR RI, red) untuk membangun Sumbar. Ternyata perjuangan itu tak sisi, sebut saja seperti kelanjutan pembangunan Kelok Sembilan. Kalau bukan karena saya yang ngotot memperjuangkannya ke Kementerian PU, mungkin itu tidak akan dilanjutkan. 
Karena sejak 2012, pembangunannya sudah mulai terbengkalai. Bahkan, saya sempat ngotot agar pembangunan bisa tuntas pada 2013, dan itu akhirnya terwujud.
Sejak saat itulah saya dapatkan jawabannya, kenapa hanya sedikit kue pembangunan yang bisa diberikan kepada Sumbar. Karena, kepala daerahnya tidak memiliki program dan perencanaan yang jelas untuk pembangunan daerahnya.
Makanya, banyak kue pembangunan yang lari ke daerah lain. Karena itu, saya berniat untuk berbakti kepada tanah kelahiran saya.
Menurut Anda, apakah Sumbar sudah mengalami kemajuan?
Pertanyaan ini sudah saya temukan jawabannya saat duduk di Komisi V DPR RI. Tepatnya, dari data Kementerian PDT yang juga menjadi mitra kerja saya.
Ternyata, tingkat pembangunan Sumbar itu nomor sembilan dari 10 provinsi di Sumatera. Sedangkan tingkat kegembiraan, ternyata Sumbar nomor tiga paling buncit dari seluruh provinsi di tanah air.
Ini karena apa, karena pejabat yang menjabat saat ini trennya hanya pencitraaan. Sangat disayangkan dengan dana sebesar Rp 17 triliun yang tersedia di Ditjen Bina Marga, kenapa Sumbar hanya dapat Rp 56 miliar saja. 
Itu jauh berbanding terbalik dibandingkan daerah lainnya, seperti Jateng misalnya yang mendapatkan suntikan dana Rp 700-800 miliar.
Jadi saya dipercaya, saya target 2 tahun ini, Sumbar harus lebih maju. Karena teman-teman saya di DPR RI dan Kementerian PU, juga sudah menyatakan dukungan terkait pencalonan saya ini.
Banyak masyarakat bilang sikap Anda arogan, bagaiamana pendapat Anda?
Sebenarnya saya memang sudah didik di kapal yang memiliki kehidupan yang keras dan dituntut harus bisa bekerja sempurna. Di sanalah saya memahami jika ketegasan paling dibutuhkan dalam hidup.
Satu yang paling saya tanamkan dalam hati sampai kini adalah, saya belum merasa bahagia sebelum bisa membahagiakan masyarakat. Karena apa, saya sudah merasakan bagaimana pahitnya kehidupan saya sebelum saya merasakan keberhasilan ini.
Bahkan, saya juga tak segan-segan menjadi penjual jamu. Karena itu, sebenarnya saya sudah terbiasa dengan hidup susah dan miskin sejak dulunya. Prinsip saya, kalau iya itu ya, bukan sebaliknya. 
Banyak orang memprediksi kalau kubu Suryadharma Ali (SDA) kalah, maka Anda akan dihabis. Apa betul begitu?
Saya kira itu tidak akan terbukti. Karena, sampai saat ini saya masih mendapatkan dukungan penuh dari partai untuk maju sebagai calon gubernur.
Saya ini politikus, bayangkan saja sayalah satu-satunya politisi PPP yang maju sebagai cagub di tanah air. Karena saya orangnya fair, siapa yang menang itulah yang terbaik.
Karena yang harus dipikirkan itu bukan kepentingan pribadi lagi, tapi partai yang menjadi lembaga dan kebersamaan kita. Jadi kalau soal internal saat ini sudah tidak ada masalah lagi. 
Ke mana saja komunikasi politik yang sudah Anda jajaki?
Kalau soal itu, mungkin sudah banyak. Seperti, PAN, NasDem, PDI Perjuangan Hanura dan sebagainya. Mereka itu sangat mendukung saya.
Dan, saya pun sudah ketemu Rommy (Romahurmuziy, red), Eep (Eep Saefulloh Fatah, red), mereka juga sudah menyatakan kesiapannya untuk mendukung dan membantu saya. Jadi, saya kira sudah tidak ada masalah lagi.
Kerja sama seperti apa yang akan Anda lakukan dengan Eep selaku konsultan politik nantinya?
Eep sudah menyatakan kesiapannya untuk membantu penuh pencalonan saya dalam segi apa pun. Termasuk melakukan survei nantinya. Itu mereka lakukan ikhlas demi menolong saya. 
Banyak yang berpikiran jika materi juga faktor yang paling menentukan seseorang untuk bisa meruap suara sebanyak-banyaknya. Bagaimana penilaian Anda?
Itu (uang, red) bukan jaminan. Karena banyak masyarakat yang menerima uang, tapi tidak mau suaranya dibeli. Karena apa, masyarakat kita saat ini sudah cerdas dan tidak mau dibodoh-bodohi lagi dengan uang.
Kita lihat seperti pak Prabowo dalam penjaringan suara di Sumbar. Bagaimana beliau bisa mengumpulkan suara signifikan di Sumbar, tanpa mengeluarkan uang. Itu setidaknya sudah cukup sebagai bukti bagi kita.
Jadi saya tegaskan, jangan pernah anggap remeh harga diri Sumbar dengan uang, karena uang bukanlah segala-galanya.
Apa pendapat Anda soal rival yang akan Anda hadapi di pilkada nantinya? 
Saya tekan, saya tidak mau menganggap remeh lawan. Bagi saya semua lawan berat karena ini juga didukung dengan ketokohan mereka, termasuk incumbent. Jadi, saya akan buktikan jika itu bukan gombal. (*)

Senin, 01 Juni 2015

Nasrul Abit : Bidik BA 5, Andalkan Dukungan Keluarga


Berhasil mengeluarkan Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) dari ketertinggalan menjelang berakhirnya masa jabatan periode kedua sebagai bupati Pessel, menjadi modal bagi Nasrul Abit menatap Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumbar 2015 mendatang.
Lantas apa yang mendasari suami Wartawati ini maju dalam pilgub mendatang? Berikut hasil wawancara wartawan Padang Ekspres Yoni Syafrizal dengan Nasrul Abit.


Sebetulnya apa yang mendorong Anda maju dalam pilgub mendatang?
Motivasi saya maju ke provinsi berawal dari besarnya dukungan yang masuk. Dukungan itu bukan saja dari warga Pessel, tapi juga dari beberapa daerah lain, termasuk perantau yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Pesisir Selatan.
Dukungan lebih besar itu, juga datang dari keluarga dan kerabat. Sebab tanpa dukungan dari mereka semua, sulit bagi saya menjalaninya. Selain itu, saya juga sudah berpengalaman selama 15 tahun memimpin Pessel, lima tahun jadi wakil bupati dan 10 tahun jadi bupati. 

Apa yang Anda perbuat selama ini?
Perlu diingat bahwa dulu Pessel tercatat sebagai kabupaten tertinggal, kini sudah keluar dari kabupaten tertinggal. Dulu produksi pangan masih rendah, sekarang surplus. Bahkan, tahun lalu surplusnya di atas delapan persen. Artinya, secara ekonomi ada peningkatan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga naik 73,20 persen, Indeks Pembangunan Kesehatan (IPK) naik, derajat kesehatan naik, angka harapan hidup naik. Ini semua sektor mendasar. Intinya, pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi terjadi perbaikan.
Secara ekonomi pertumbuhan Pessel tahun 2014  adalah 6,2 persen. Hasil yang telah dicapai ini  semacam dorongan atau potensi untuk bisa maju ke tingkat Sumbar. 

Apa langkah Anda mendapat dukungan partai politik?
Terkait hal ini, saya memang belum bisa berbicara. Namun, beberapa partai sudah saya hubungi dan melakukan komunikasi. Walau kenyataannya, sampai saat ini saya belum mendaftar.
Saya juga sudah berkomunikasi dengan beberapa partai yang belum membuka pendaftaran. Biarpun begitu, saya belum bisa menyebutnya. Insya Allah partainya ada. 

Bagaimana kesiapan finansial Anda? 
Untuk pertanyaan satu ini, saya tidak bisa menjelaskan. Tidak etis disebutkan. Tapi, saya sudah melakukan rapat-rapat dengan keluarga dan kolega saya, termasuk juga kerabat. Alhamdulillah mereka akan membantu.
Sebab, tidaklah mungkin saya menggunakan uang daerah untuk kepentingan ini. Makanya, dukungan keluarga dan kerabat sangat penting, serta menjadi motivasi terbesar bagi saya untuk berani maju.
Walau demikian, kesiapan 100 persen memang belum. Saya rasa kekuatan finansial itu bukanlah jaminan untuk menang, kecuali dukungan. Yang jelas, rezeki itu akan selalu ada. 

Apakah Anda maju menjadi cagub atau cawagub?  
Saya belum berani menyampaikan ini sekarang. Tapi, perkiraannya menjadi orang nomor dua (BA 5). Kami sedang mencari kesepakatan sebagai orang nomor dua dengan siapa pun partnernya. Kepada masyarakat Pessel, saya berpesan agar memberikan dukungan kepada saya dengan siapa pun partnernya nanti. 

Apa visi Anda terhadap Sumbar?
Tentu, kita akan menggarap bersama potensi dan permasalahan di Sumbar ini. Intinya, hampir sama atau tidak jauh berbeda dengan Pessel, baik permasalahan ekonomi, hutan lindung, bencana alam. Termasuk, potensi seperti pertanian dan lainnya.
Perbedaannya tergantung pada fokus daerah masing-masing, sesuai potensi yang dimiliki. Yang pasti, rata-rata potensi Pessel ada pada kabupaten dan kota lainnya di Sumbar.
Tinggal lagi fokusnya apa. Seperti Bukittinggi, fokus garap sektor pariwisata. Demikian juga daerah lainnya, harus sesuai potensi yang dimilikinya.
Meski begitu, saya melihat pariwisata menjadi unggulan ke depan di Sumbar. Dalam hal ini, saya bisa menyumbangkan pikiran bagaimana mengembangkan pariwisata ini. Tentunya,  sesuai adat  istiadat, budaya dan agama di Sumbar. (*)