AWAK BADUNSANAK, NDAN!!!

Selasa, 19 Mei 2015

PETAHANA, SUDAH BERBUATKAH?


Pilkada serentak ta­hap pertama tinggal menghitung bulan. Situasi politik ma­syarakat di sejumlah daerah, baik tingkat provinsi maupun tingkat kota/kabupaten yang masuk dalam rombongan Pil­kada serentak tahap satu sudah hangat. Begitu juga dengan Provinsi Sumatera Barat. Pro­vinsi Sumatera Barat dan se­jumlah kabupaten/kota di Sumatera Barat mulai terlihat ramai menjadi perbincangan di semua tingkatan sosial masyarakat.

Tidak lama lagi, tepatnya akhir tahun ini, jika tidak ada perubahan Provinsi Sumatera Barat dan sejumlah daerah kabupaten/kotanya akan menghelat Pilkada lang­sung untuk memilih orang nomor satu dan nomor dua yang akan duduk di provinsi dan beberapa kabupaten/kota.

Setiap sudut kota dan per­simpangan jalan sudah ramai terpampang spanduk dan ba­liho besar para calon peserta Pilkada. Kantor-kantor sek­retariat partai politik sudah mulai ramai dikunjungi oleh para pendaftar calon peserta Pilkada. Sangat menarik, para pendaftar berasal dari berbagai profesi dan termasuk para pejabat pemerintahan aktif, di antaranya: Anggota Legislatif, baik pusat maupun daerah, Bupati, Wakil Bupati, Wa­likota, Wakil Walikota dan pejabat lainnya yang masih aktif menjabat. Artinya berkas formulir pendaftaran bakal ca­lon peserta Pilkada di sek­retariat partai politik banyak di­hi­asai oleh nama-nama pe­ta­hana. Ada yang maju kem­bali di Pilkada untuk posisi yang sama dengan yang saat ini mereka jabat, dan ada juga yang naik grade, artinya saat ini mereka berada di posisi no­mor ‘dua’ atau wakil, ke­mu­dian mereka mendaftar untuk menjadi posisi nomor ‘satu’. Tentunya itu hak sebagai warga Negara Indonesia, dan di­benarkan oleh undang-un­dang.

Fenomena banyaknya para petahana kembali maju di Pilkada tingkat satu maupun tingkat dua, ini menjadi sebuah pesta Pilkada yang bagus dan menghidupkan iklim demo­krasi yang baik bagi ma­sya­rakat Indonesia, khu­susnya masyarakat daerah. Disamping itu, banyaknya peserta akan memberikan banyak pilihan bagi masyarakat. Namun, ada satu hal yang menarik untuk kita cermati. Kini masyarakat kita sudah cerdas untuk me­lihat dan memahami sepak ter­jang para petahana. Dimana, ham­pir genap 5 (lima) tahun pe­riode kepemimpinan para pe­tahana sebagai kepala atau­pun wakil kepala da­erah, be­­lum­lah ba­nyak yang mereka per­buat untuk masyarakat. Ten­tu­nya tidak semua peta­hana, na­mun ham­­­pir sebagian be­sar­nya.

Kita dapat melihat bagai­ma­na masih banyaknya daerah-da­erah di kabupaten/kota di Pro­vinsi Sumatera Ba­rat ini masih terisolir, tidak punya akses jalan yang memadai, ti­dak dialiri jaringan listrik, anak-anak ke sekolah masih ha­rus menempuh jarak yang cu­kup jauh dan jumlah ma­sya­rakat miskin masih banyak. Se­mua kondisi ini hampir ada di semua daerah yang di­­pim­pin oleh para petahana ter­sebut.

Sepertinya waktu 5 (lima) ta­hun, satu periode ke­pe­mim­pi­nan seorang Kepala atau Wa­kil Kepala Daerah terlalu sing­kat untuk berbuat. Seolah-olah mereka tidak cukup me­miliki kesempatan untuk mem­­­­­ba­ngun, memajukan dan men­­­sejahterakan masyarakat yang mereka pimpin. Sehingga me­reka merasa memerlukan wak­tu yang lebih panjang lagi, 5 (lima) tahun periode beri­kut­nya. Ini menimbulkan per­tanyaan besar dalam ma­sya­ra­kat. Sanggupkah para petahana tersebut merealisasikan janji-jan­ji yang pernah mereka sua­rakan di saat kampanye da­hu­lu, atau Jangan-jangan mereka bukan orang yang tepat untuk diberikan tanggung jawab, mengemban dan membawa sebuah perubahan bagi ke­hidupan masyarakat.

Padahal, waktu lima tahun bagi seorang anak balita adalah cukup untuk menjadikan me­reka dapat berlari kencang dan tumbuh serta ‘menyuap nasi sendiri’, tidak ‘jalan di tempat’. Pada zaman orde baru, ada Rencana Pembangunan Lima Tahun, artinya setiap lima tahun sudah ada perubahan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Itu di zaman orde baru, dimana petani hanya dapat memanen padi di sa­wahnya 2 (dua) kali setahun, kini petani sudah bisa me­lakukan panen padi 3 – 4 kali setahun, harusnya waktu lima tahun cukup panjang untuk membuat sebuah perubahan. Apalagi bila dikaitkan dengan urusan ekonomi dan ‘perut’, masyarakat tidak akan mampu menunggu walau hanya se­kedar sehari, apalagi lima tahun. Masyarakat cukup cer­das menilai.

Dengan semakin cerdasnya ma­syarakat, maka pilihan po­li­­tik masyarakat dalam Pil­kada dapat terarah kepada calon-calon pemimpin yang be­nar-benar mampu me­mim­pin. Mampu memberikan so­lusi perubahan, dan sanggup mem­bawa gerbong ke­se­jah­teraan. Bukan memilih pe­mim­pin yang hanya inginkan sekedar memperpanjang masa jabatan, entah dengan dalih me­lanjutkan program. Ten­tunya kita inginkan pemimpin, ke­pala daerah yang sungguh-sung­guh peduli dan mau ber­bu­at serta mampu merea­li­sasikan program yang me­reka janjikan pada saat kam­panye.

Jangan salah pilih. Pilihlah yang benar mampu berbuat kebaikan bagi masyarakat, tentunya akan mampu me­lanjutkan. Lupakan yang tidak memberi perubahan bagi ma­syarakat, karena mereka tidak akan pernah sanggup meng­hadirkan kesejahteraan. De­ngan begitu kita tidak meng­orbankan waktu lagi untuk mendapatkan sebuah peru­bahan dan kemajuan. Jangan tunggu lima tahun lagi, kini saatnya, sekarang kita bisa. ***

SYAMSUL BAHRI (Pemerhati Sosial dan Praktisi Pengembangan Pendidikan Masyarakat)

0 komentar:

Posting Komentar