AWAK BADUNSANAK, NDAN!!!

Selasa, 02 Juni 2015

Epyardi Asda : Program tak Jelas, Kada Banyak Pencitraan

Setelah terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan (Dapil) Sumbar 1 untuk periode ketiga kalinya, Epyardi Asda kini membidik Sumbar 1. Lantas apa yang melatar-belakangi politisi PPP ini maju dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Sumbar akhir tahun ini?
Berikut hasil wawancara wartawan Padang Ekspres Zulkarnaini, Rommi Delfiano, dan Revdi Iwan Syahputra dengan Epyardi Asda yang secara khusus datang ke gedung Graha Pena Padang usai mendarat di BIM, kemarin (24/2). 
Apa yang sudah Anda lakukan selama menjadi anggota DPR RI?
Sebenarnya saya bukanlah orang baru di dunia politik. Saya sudah mulai berpolitik sejak tahun 2004. Keikutsertaan saya di politik, karena ingin mencoba sesuatu hal yang lain daripada mengelola perusahaan sendiri yang telah sukses yang saya tekuni sejak 1997 lalu.
Kalau ditanya seperti perjalanan saya di bidang politik ini, saya juga tidak pernah menduga sebelumnya. Saat maju pertama kali ke jalur legislatif, saya menduduki nomor urut pertama saat maju ke DPR RI lewat PPP.
Alhamdulillah terpilih. Di sinilah saya mulai mempelajari seperti apa kemauan masyarakat Sumbar. 
Ini juga yang sudah memberi saya kepercayaan untuk duduk di DPR RI hingga kini. Tapi setelah saya lihat, sejak mulai tahun 80-an meninggalkan kampung halaman, tak banyak perubahan Sumbar.
Berangkat dari situlah, saya pun berjuang  di Senayan (DPR RI, red) untuk membangun Sumbar. Ternyata perjuangan itu tak sisi, sebut saja seperti kelanjutan pembangunan Kelok Sembilan. Kalau bukan karena saya yang ngotot memperjuangkannya ke Kementerian PU, mungkin itu tidak akan dilanjutkan. 
Karena sejak 2012, pembangunannya sudah mulai terbengkalai. Bahkan, saya sempat ngotot agar pembangunan bisa tuntas pada 2013, dan itu akhirnya terwujud.
Sejak saat itulah saya dapatkan jawabannya, kenapa hanya sedikit kue pembangunan yang bisa diberikan kepada Sumbar. Karena, kepala daerahnya tidak memiliki program dan perencanaan yang jelas untuk pembangunan daerahnya.
Makanya, banyak kue pembangunan yang lari ke daerah lain. Karena itu, saya berniat untuk berbakti kepada tanah kelahiran saya.
Menurut Anda, apakah Sumbar sudah mengalami kemajuan?
Pertanyaan ini sudah saya temukan jawabannya saat duduk di Komisi V DPR RI. Tepatnya, dari data Kementerian PDT yang juga menjadi mitra kerja saya.
Ternyata, tingkat pembangunan Sumbar itu nomor sembilan dari 10 provinsi di Sumatera. Sedangkan tingkat kegembiraan, ternyata Sumbar nomor tiga paling buncit dari seluruh provinsi di tanah air.
Ini karena apa, karena pejabat yang menjabat saat ini trennya hanya pencitraaan. Sangat disayangkan dengan dana sebesar Rp 17 triliun yang tersedia di Ditjen Bina Marga, kenapa Sumbar hanya dapat Rp 56 miliar saja. 
Itu jauh berbanding terbalik dibandingkan daerah lainnya, seperti Jateng misalnya yang mendapatkan suntikan dana Rp 700-800 miliar.
Jadi saya dipercaya, saya target 2 tahun ini, Sumbar harus lebih maju. Karena teman-teman saya di DPR RI dan Kementerian PU, juga sudah menyatakan dukungan terkait pencalonan saya ini.
Banyak masyarakat bilang sikap Anda arogan, bagaiamana pendapat Anda?
Sebenarnya saya memang sudah didik di kapal yang memiliki kehidupan yang keras dan dituntut harus bisa bekerja sempurna. Di sanalah saya memahami jika ketegasan paling dibutuhkan dalam hidup.
Satu yang paling saya tanamkan dalam hati sampai kini adalah, saya belum merasa bahagia sebelum bisa membahagiakan masyarakat. Karena apa, saya sudah merasakan bagaimana pahitnya kehidupan saya sebelum saya merasakan keberhasilan ini.
Bahkan, saya juga tak segan-segan menjadi penjual jamu. Karena itu, sebenarnya saya sudah terbiasa dengan hidup susah dan miskin sejak dulunya. Prinsip saya, kalau iya itu ya, bukan sebaliknya. 
Banyak orang memprediksi kalau kubu Suryadharma Ali (SDA) kalah, maka Anda akan dihabis. Apa betul begitu?
Saya kira itu tidak akan terbukti. Karena, sampai saat ini saya masih mendapatkan dukungan penuh dari partai untuk maju sebagai calon gubernur.
Saya ini politikus, bayangkan saja sayalah satu-satunya politisi PPP yang maju sebagai cagub di tanah air. Karena saya orangnya fair, siapa yang menang itulah yang terbaik.
Karena yang harus dipikirkan itu bukan kepentingan pribadi lagi, tapi partai yang menjadi lembaga dan kebersamaan kita. Jadi kalau soal internal saat ini sudah tidak ada masalah lagi. 
Ke mana saja komunikasi politik yang sudah Anda jajaki?
Kalau soal itu, mungkin sudah banyak. Seperti, PAN, NasDem, PDI Perjuangan Hanura dan sebagainya. Mereka itu sangat mendukung saya.
Dan, saya pun sudah ketemu Rommy (Romahurmuziy, red), Eep (Eep Saefulloh Fatah, red), mereka juga sudah menyatakan kesiapannya untuk mendukung dan membantu saya. Jadi, saya kira sudah tidak ada masalah lagi.
Kerja sama seperti apa yang akan Anda lakukan dengan Eep selaku konsultan politik nantinya?
Eep sudah menyatakan kesiapannya untuk membantu penuh pencalonan saya dalam segi apa pun. Termasuk melakukan survei nantinya. Itu mereka lakukan ikhlas demi menolong saya. 
Banyak yang berpikiran jika materi juga faktor yang paling menentukan seseorang untuk bisa meruap suara sebanyak-banyaknya. Bagaimana penilaian Anda?
Itu (uang, red) bukan jaminan. Karena banyak masyarakat yang menerima uang, tapi tidak mau suaranya dibeli. Karena apa, masyarakat kita saat ini sudah cerdas dan tidak mau dibodoh-bodohi lagi dengan uang.
Kita lihat seperti pak Prabowo dalam penjaringan suara di Sumbar. Bagaimana beliau bisa mengumpulkan suara signifikan di Sumbar, tanpa mengeluarkan uang. Itu setidaknya sudah cukup sebagai bukti bagi kita.
Jadi saya tegaskan, jangan pernah anggap remeh harga diri Sumbar dengan uang, karena uang bukanlah segala-galanya.
Apa pendapat Anda soal rival yang akan Anda hadapi di pilkada nantinya? 
Saya tekan, saya tidak mau menganggap remeh lawan. Bagi saya semua lawan berat karena ini juga didukung dengan ketokohan mereka, termasuk incumbent. Jadi, saya akan buktikan jika itu bukan gombal. (*)

0 komentar:

Posting Komentar