Sejumah partai politik (parpol) telah membuka pendaftaran calon gubernur Sumbar, namun Gubernur Irwan Prayitno masih tenang-tenang saja. Beberapa nama yang selama ini digadang-gadang masuk bursa pemilihan gubernur (pilgub), telah mendaftarkan diri ke seluruh parpol yang membuka pendaftaran.
Berikut wawancara wartawan Padang Ekspres Rommi Delfiano dengan Gubernur Irwan Prayitno di rumah dinasnya, Kamis (12/2) lalu.
Anda tak menggubris pendaftaran calon gubernur oleh sejumlah parpol, apakah Anda tidak maju lagi?
Hehehe…, tidak begitu juga. Bagaimana saya bisa menyatakan maju atau tidak, aturan yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) masih dalam proses.
Bila sudah selesai dibahas oleh DPR bersama pemerintah sekitar 17 Februari nanti, barulah bisa kita jadikan rujukan guna melakukan persiapan. Termasuk, keputusan maju atau tidak dalam pilgub mendatang.
Menurut Anda, apa saja poin penting dalam revisi UU Pilkada tersebut?
Sebetulnya banyak hal, namun terpenting ada tiga poin. Pertama, kendaraan parpol pengusung. Sekarang ini masih ada dua opsi yang masih berkembang, apakah 20 persen kursi di DPRD Sumbar atau 15 persen.
Ini jelas berpengaruh terhadap koalisi parpol pengusung calon nantinya. Kalau misalnya 15 persen, hanya Partai Golkar yang bisa mengusung calon sendiri tanpa berkoalisi. Sedangkan parpol lainnya harus berkoalisi.
Kedua, satu paket dengan calon wakil gubernur sekaligus atau cukup calon gubernur saja. Termasuk, opsi dua wakil gubernur bagi provinsi yang berpenduduk 3-10 juta jiwa.
Terakhir, soal jadwal pelaksanaan pilkada, tahun ini atau tahun depan. Kalau tahun depan, tentu kita masih memiliki waktu yang lebih panjang, ketimbang bila diputuskan pilkada dilaksanakan tahun ini. Akibat persoalan inilah, sampai sekarang ini kita belum bisa mengambil keputusan maju atau tidak.
Di samping aturan, tentu masih ada persoalan lainnya?
Ya. Saya ini kan kader PKS (Partai Keadilan Sejahtera), jadi yang memutuskan saya maju atau tidak, tetap saja parpol. Artinya, saya tak bisa memutuskan maju atau tidak secara pribadi.
Di PKS, kader maju atau tidak, partailah yang berhak memutuskannya sesuai mekanisme di internal. Mulai dari pemilu internal, termasuk proses musyawarah dan mufakat.
Nah setelah diputuskan, barulah partai yang mencari partai tambahan (pasangan koalisi, red). Di PKS, tak ada yang namanya kader mendaftar atau mencari-cari amanah.
Inilah pola di PKS, parpol lebih aktif ketimbang calon. Dalam Pilgub 2010 lalu, pola ini berjalan dengan baik. Waktu itu, saya datang ke Padang malam menjelang penutupan pendaftaran calon ke KPU Sumbar.
Kalau sekarang, jelas masih banyak waktu. (Dalam wawancara Padang Ekspres seusai mendaftarkan diri ke KPU Sumbar dalam Pilgub 2010 lalu, sebetulnya Irwan memang tak berniat maju dalam Pilgub 2010 lalu. Biarpun namanya paling diunggulkan dalam pemilu internal, namun Irwan menolaknya. Terlebih lagi, Irwan sudah mempersiapkan diri menjadi duta besar (dubes) di salah satu negara di Eropa. Namun di detik-detik akhir menjelang ditutupnya pendaftaran pasangan calon, hati Irwan luluh setelah dewan syuro DPP PKS memutuskan dirinya maju dalam pilgub).
Pertimbangan lainnya?
Tentu, pertimbangan paling penting lainnya soal kepuasan masyarakat Sumbar. Bila masyarakat puas dengan kinerja Pemprov Sumbar selama lima tahun terakhir dan menghendaki saya maju lagi, insya Allah saya akan maju lagi.
Sejauh ini, berdasarkan catatan sejumlah survei, tingkat kepuasan masyarakat di atas 70 persen (Irwan enggan menyebutkan secara pasti lembaga surveinya). Jelas ini bakal menjadi bahan pertimbangan saya sebelum memutuskan maju atau tidak dalam pilgub mendatang.
Bagaimana Anda melihat gerak cepat pesaing Anda?
Bagi saya, semakin banyak orang yang maju dalam pilgub mendatang jelas semakin bagus. Ini pertanda demokrasi di Sumbar sudah berjalan dengan baik. Saya tak takut terhadap apa yang berkembang beberapa hari belakangan ini (beberapa tokoh politik mendaftarkan diri ke sejumlah parpol). Alhamdulillah, bila nantinya tak terpilih menjadi gubernur, masih banyak pekerjaan yang menunggu saya. Jadi, kenapa harus cemas.
Intinya, secara pribadi saya tak ingin mencalonkan diri jadi gubernur. Namun kalau diberi amanah oleh parpol, mau tak mau saya harus siap. Jadi, sekarang saya menunggu amanah dari parpol. (Irwan sendiri sebelum terpilih menjadi gubernur Sumbar, tercatat sebagai Guru Besar Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Pendiri Yayasan Pendidikan Adzkia, penulis buku bertemakan psikologi, pendidikan, dan agama, serta lainnya).
Kalau Anda maju, kabarnya Anda tidak lagi berpasangan dengan Muslim Kasim (Wakil Gubernur Sumbar), apa betul?
Jelas tidak mungkin. Beliau (Muslim Kasim, red) sudah mendaftarkan diri jadi calon gubernur. Dulunya (tahun 2010), beliau juga memang mencalonkan diri jadi calon gubernur. Mungkin beliau cocoknya menjadi gubernur.
Namun kalau beliau mencalonkan jadi wakil gubernur, tentu masih ada peluang. Tentu tak mungkin pula saya menjadi wakil gubernur nantinya. Jadi, tak mungkin pula saya meminta beliau mencalonkan diri jadi wakil gubernur. Itu kan hak asasi beliau. (Muslim Kasim sudah mendaftar menjadi cagub di Partai NasDem, PAN dan Hanura).
Sekarang ini berkembang isu di masyarakat, gubernur mendatang asal bukan Irwan, tanggapan Anda?
Bagi saya, semua itu wajar-wajar saja. Sudah biasa seorang incumbent jadi musuh bersama, dan itu sudah biasa pula terjadi dalam politik. Kalaupun itu betul, saya pikir itu hanyalah sentimen pribadi saja dan bukan pandangan partai. Soalnya, sejumlah partai sudah menginginkan saya maju menggunakan partainya.
Bagaimana Anda melihat kinerja yang sudah dicapai lima tahun terakhir?
Saya pikir masyarakat Sumbar lah yang berhak memberi penilaian. Namun, lima tahun terakhir saya sudah bekerja sebaik-baiknya. Pascagempa 30 September 2009, Sumbar pelahan bangkit. Ditandai bantuan rehab rekon gempa Rp 4,865 triliun melalui dana APBN 2010-2014.
Selain itu, pembangunan infrastruktur multiyears senilai Rp 1,025 triliun dalam APBD Sumbar. Lalu, menyelesaikan Hotel Balairung dan Jalan Sicincin-Malalak, pembangunan Kelok 9, meneruskan pembangunan Masjid Raya, pengembangan Pelabuhan Teluk Bayur pembangunan Flyover di Bukittinggi dan lainnya.
Ke depan, apa pembangunan strategis yang perlu dilanjutkan?
Sebetulnya masih banyak. Mulai dari penyelesaian pembangunan Masjid Raya Sumbar, pembangunan terowongan Malalak-Balingka Kotogadang, Jembatan Ngarai Sianok, Jembatan Kabel Sungaidareh, Jalan Layang Silaing Padangpanjang, Stadion Utama Sumbar, Islamic Center dan Asrama Haji Sumbar, Pusat Kebudayaan Sumbar dan lainnya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar