AWAK BADUNSANAK, NDAN!!!

Minggu, 24 Mei 2015

Muslim Kasim Bicara ”Second Man, Kewenangan Saya Terbatas”


Dari sekian banyak figur yang berpeluang maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumbar 2015, boleh dibilang Muslim Kasim paling sepuh. Kini, pria yang menjadi wakil gubernur Sumbar itu sudah berusia 73 tahun.

Lantas, apa motivasi bupati Padangpariaman dua periode ini maju dalam Pilgub Sumbar mendatang? Berikut wawancara wartawan Padang Ekspres Rommi Delfiano dan Revdi Iwan Syahputra  dengan Muslim Kasim di Padang, Sabtu (21/2).

Anda sudah sepuh, kenapa masih berkeinginan maju dalam Pilgub Sumbar mendatang?
Saya merasa masih berutang kepada masyarakat Sumbar. Sewaktu saya memutuskan maju dalam Pilgub Sumbar  2010 lalu, saya sudah berjanji menjadikan Sumbar sebagai provinsi yang lebih beradat dan beragama guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Terutama, mengimplementasikan secara utuh falsafah Minangkabau Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), Syarak Mangato, Adat Mamakai.
Hingga kini belum sepenuhnya terealisasi. Peranan penghulu, ninik mamak, termasuk LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau) belum terasa di nagari-nagari. 
Padahal, bila elemen-elemen bernagari ini bisa berperan secara utuh, jelas bisa mengatasi kerusakan moral yang sekarang ini makin mengkhawatirkan. Apakah kenakalan remaja, narkoba, pergaulan bebas dan lainnya. Intinya, cita-cita menjadikan nagari otonomi bisa diwujudkan.
Ya, salah satu caranya melalui pembinaan dan melegalkan lembaga-lembaga adat ini. 
Bisa saja dengan membentuk biro/badan penguatan ABS-SBK atau lainnya. Bila sudah begitu, nantinya bisa pula dialokasikan anggaran. Tidak seperti sekarang, nyaris tak tersentuh anggaran.

Anda kan sudah menjadi Wagub, kenapa semua itu tak bisa Anda wujudkan? 
Saya kan second man (orang kedua), kewenangan terbatas. Kendati sejak awal kita sudah membuat perjanjian tertulis soal pembagian kewenangan, realisasinya sulit diwujudkan.
Paling tidak, waktu itu saya diberi kewenangan mengelola Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, dan beberapa institusi lainnya, termasuk dalam hal pengawasan.
Namun setiap pejabat eselon (kepala dinas/badan/biro), tetap saja berorientasi kepada gubernur. Bahkan, ada pressure group (kelompok penekan) yang sengaja membatasi hubungan antara gubernur dan wagub (Muslim Kasim tidak menyebut siapa kelompok penekan tersebut).
Pihak-pihak yang seharusnya bisa menjadi penengah, saya pikir juga tak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Ya, seperti itulah. Saya tidak bisa maksimal menjalankannya. Makanya, visi saya sulit terealisasi.

Anda menyesal jadi Wagub?
Jujur, tak pernah terlintas dalam pikiran saya kata-kata menyesal. Saya tetap bersyukur terhadap situasi apa pun yang saya hadapi lebih kurang 4,5 tahun terakhir. Dengan begitu, saya pun bisa lebih dekat dengan masyarakat. 

Di usia Anda sekarang 73 tahun, apakah Anda masih yakin bisa memimpin Sumbar?
Insya Allah, saya yakin masih bisa memimpin Sumbar 5-10 tahun ke depan. Insya Allah pula, semuanya baik-baik saja. Bila masyarakat memberi amanah, saya siap menjalankan tupoksi sebagai gubernur. Rumah saya akan terbuka 24 jam menerima siapa saja yang membutuhkan.
Ini sudah saya buktikan ketika memimpin Padangpariaman dua periode lalu. Selama saya memimpin, siapa pun yang datang ke rumah saya, pastilah saya layani.
Saya pun bisa menjaga harmonisasi antara lembaga legislatif dengan eksekutif. Selama saya memimpin Padangpariaman, kedua lembaga ini kompak melahirkan ide-ide besar untuk kemajuan daerah.
Berkat kesepakatan bersama, ibu kota Padangpariaman kita pindahkan ke luar Kota Pariaman. Termasuk, menjalin harmonisasi antara ranah dan rantau. 

Lantas, bagaimana pendekatan dengan parpol?
Ini menjadi pemikiran saya dan tim nantinya. Selaku ketua Dewan Pertimbangan Partai DPD I Partai Golkar Sumbar, saya berharap bisa berangkat dengan Partai Golkar. Saya juga sudah melakukan pendekatan dengan pimpinan parpol lainnya baik di daerah maupun di pusat. Saya mendaftar ke NasDem, PAN, Hanura.
Insya Allah, saya juga akan mendaftar ke parpol lain. Karena bagaimanapun, untuk membangun Sumbar butuh kerja sama dan dukungan seluruh elemen.

Dari figur yang ada, siapa rival terberat menurut Anda? 
Ya, semuanya lah. Semua memiliki plus minus. Terpenting sekarang, kita berusaha dan bekerja keras. Hasilnya, ya kita serahkan kepada yang di atas. Ingat, sebetul yang di atas sudah menggariskan siapa gubernur Sumbar lima tahun ke depan.
Sebetulnya, saya bersama Shadiq Pasadigoe (bupati Tanahdatar) dan Syamsu Rahim (bupati Solok) sudah melakukan pendekatan guna menyiasati revisi UU Pilkada.
Awalnya, kemungkinan wakil gubernur Sumbar itu dua orang dan ditunjuk oleh gubernur terpilih. Namun, setelah revisi UU itu disahkan, ternyata ketentuan batal.
Jadi, sekarang perlu dibicarakan lagi bagaimana bagusnya dengan beliau itu (Shadiq dan Syamsu Rahim, red). Saya akan membicarakannya dalam waktu dekat. Mudah-mudahan tercapai kesepakatan. Saya akan terima apa pun hasilnya.

Bagaimana dengan kesediaan ‘amunisi’ Anda?
Untuk satu ini jelaslah penting. Namun berapa nominalnya, nantilah kita sampaikan. Intinya, tergantung bagaimana situasinya nanti. Saya pun yakin calon-calon yang ada tidak ditopang pendanaan yang kuat. Ya, sama-sama berjuanglah kita nanti.  

Tawaran Anda bagi Sumbar ke depan?
Pertama, tentu untuk menghidupkan nagari-nagari. Caranya, menghidupkan kembali peranan lembaga-lembaga adat. Ini selaras dengan UU Desa.
Kedua, melibatkan perguruan tinggi di Sumbar dalam merancang, menyusun, menjalankan, mengawasi dan mengevaluasi program-program pemerintah. Sekolah-sekolah pun harus bisa menyiapkan lulusannya, sehingga output pendidikan benar-benar terpakai di dunia kerja. (*)

0 komentar:

Posting Komentar