AWAK BADUNSANAK, NDAN!!!

Jumat, 15 Mei 2015

Pemimpin Batu Cincin


Kalau kita ingin Allah bicara dengan kita: bacalah Al Quran, kalau kita mau berbicara dengan baik kepada Allah, khusyukkanlah nurani, khusyukkanlah pikiran, khusyukkanlah fisik dalam shalat sesuai tuntunan rasul kita Muhammad SAW. Muhammad Iqbal seorang ulama besar dari Pakistan pernah bertanya kepada orangtuanya, “Bagaimana membaca Al Quran dengan baik?”.

Orangtuanya menjawab dengan singkat, “Tatkala kamu membaca Al Quran, anggaplah wahyu Allah itu turun kepadamu”. Al Quran petunjuk untuk seluruh manusia. Tegasnya, siapa pun dan apa pun agama yang dianutnya sekarang, kalau dia baca Al Quran, insya Allah dapat petunjuk, Al Quran lah yang membimbing kita untuk tidak berpecah belah, Al Quran lah yang menuntun kita untuk tahu apa yang ada di jagat raya ini adalah ciptaan Allah termasuk diri kita sendiri.

Al Quran lah yang memerintahkan untuk membuang segala sifat jelek di dalam diri kita, yaitu sombong, ria, dengki, pembenci, pemarah, hasut fitnah, ketidakjujuran atau khianat. Al Quran adalah wahyu Allah, kata–kata Allah yang wajib diimani. Jika dibakar pun Al Quran di seluruh dunia, berjuta-juta hafizh bisa menuangkan kembali dalam bentuk kitab. Begitulah Allah melindunginya dan menjamin keasliannya, dan kafir kalau orang tidak percaya dengan Al Quran.

Lain halnya dengan sunnah Rasulullah, ada hadist-hadist yang mutthawatir atau shahih yang harus kita ikuti, Ada hadist-hadist yang daif yang wajib untuk kita ragukan. Banyak hadist yang sengaja dipalsukan oleh musuh-musuh Islam. Alat untuk memecah belah umat karena dia dengki dan iri terhadap persatuan umat Islam. Sebetulnya disinilah fungsi ulama untuk membimbing umat memberitahu hal-hal yang meragukan yang sangat prinsip.

Umat Islam di dunia khusus di Indonesia, harus kenal betul dengan musuh-musuh umat Islam yang abadi : lahir maupun batin maupun yang ghaib. Setan adalah musuh manusia yang nomor satu secara ghaib. Zionist dan atheis dan segala antek-anteknya adalah musuh yang nomor dua.

Kita harus waspada karena tingkat kemerosotan moral atau kesadaran orang-orang yang mengikuti sistem setan, sistem atheis dan sistem zionis dalam kehidupan ini sangat kejam, karena mereka sepenuhnya sudah mengabaikan suara hati nurani kemanusiaannya. Sehingga mereka sudah kehilangan kemampuannya untuk membedakan benar dan salah, hitam maupun putih. 

Bapak Ibu pembaca dan saudara-saudaraku yang budiman, Ada suatu kejadian di nusantara kita ini secara nasional yang sangat mengherankan kita. Hobi akan batu cincin laki-laki maupun perempuan, rakyat atau pemimpin, bahkan ada khatib sedang di atas mimbar membaca khutbah memakai cincin besar, maka perhatian jamaahnya bukan pada isi khotbahnya tetapi kepada cincinnya yang dipakainya. Itu batu apa?

Gubernur, wali kota, bupati tidak mau ketinggalan. Ada yang menyelenggarakan kontes  batu akiak, batu bacan, batu bacan dan peminatnya sangat banyak sekali. Saya tidak tahu ini pertanda apa lagi yang akan terjadi dengan bangsa kita. Dulu pada pemilu pertama dengan sistem multipartai 1955 hobi akan batu cincin ini cukup panjang berakhirnya sampai 1960.

Saya pribadi termasuk yang senang mengasah batu cincin. Pada saat yang bersamaan dengan itu terjadi pertikaian antara pimpinan politik di negara kita ini, di sebagian daerah sampai berdarah-darah. Kita bermohon kepada Allah semoga kejadian itu tidak terulang lagi menimpa bangsa kita . Sistem multipartai berulang kembali setelah kita tinggalkan cukup lama.

Awalnya sesuai dengan keinginan reformasi berjalan cukup baik, tetapi sekarang sesuai dengan pepatah Minang, “cupak dipapek orang manggaleh, jalan dialih orang lalu”. Maksudnya, masyarakat kita sudah dibodohi oleh orang yang memiliki kepentingan pribadi/golongan/asing. Sistem setan, sistem zionis dan sistem atheis sudah bermain kembali di tengah-tengah bangsa kita ini yang ujung-ujungnya akan memecah belah bangsa kita ini.

Dalam sistem demokrasi yang kita jalankan sekarang yang mustahil dan yang aneh-aneh bisa saja terjadi, dapat saja orang-orang yang tidak ahlinya memegang peranan penting seperti wali kota, bupati, gubernur dan jabatan-jabatan strategis lainnya. Melalui manusia-manusia inilah awal dari kehancuran suatu bangsa dan bahkan peradaban karena kita telah memberikan suatu tanggung jawab yang besar dan berat kepada manusia-manusia yang bukan ahlinya.

Dari pemilu ke pemilu dan pilkada ke pilkada yang menyita waktu dan berbiaya mahal, untuk lahirnya seorang pemimpin belum melihatkan hasil sesuai dengan harapan masyarakat. Pejabat bertambah sehat, masyarakat bertambah melarat dan hal ini akan terus berlanjut selagi kita masih memakai sistem demokrasi yang buruk. Dalam tahun ini pilkada Sumbar akan dilaksanakan, lakon-lakon yang berminat untuk jadi gubernur sudah bermunculan.

Baliho di seluruh daerah ini dan tempat-tempat strategis sudah terpampang dengan megahnya. Ada yang sudah jauh hari terpampang dimana-mana. Ada baliho jadi jadian, ada baliho mewah-mewahan dan kalau kita simak kata-kata yang tertera dalam baliho itu hanya mengandung tiga arti: manis, lucu, dan aneh. Selama kita belum sepakat merubah sistem pemilihan pemimpin dikhawatirkan sangat akan terpilih “pemimpin batu cincin”.

Kriteria “pemimpin batu cincin” ialah, semahal apa pun nilainya, hanya ditentukan oleh orang-orang tertentu. Pemimpin ini akan mengabdi kepada pengikatnya, partainya, tim suksesnya dan cukong politiknya. Bagi pemimpin ini, hal tersebut di atas segala-galanya, bukan kepentingan masyarakat. Inilah yang dinamakan pemimpin batu cincin. Semahal apa pun batu cincin, dia akan tetap batu, batu yang tuli, batu yang bisu, dan  batu yang buta.

Dia akan tuli mendengarkan jeritan nurani rakyatnya sendiri. Dia akan buta melihat ketidakadilan terjadi di tengah-tengah masyarakat. Pemimpin ini bisu mengatakan yang benar, karena takut kehilangan materi, rakyat tidak perlu berharap terhadap pemimpin batu cincin. Sebelum Partai Komunis Indonesia (PKI) dibabat Soeharto bersama masyarakat, ada suatu kejadian unik di suatu kampung: orang antituhan ini datang ke rumah seorang ustad, lalu mengajukan tiga pertanyaan.

Pertanyaan pertama: Kalau Tuhan memang ada kenapa tidak bisa dilihat? Yang kedua kalau setan dari api masuk neraka dia tidak akan menderita. Pertanyaan ketiga, kalau hidup ini memang takdir buat apa dipertanggungjawabkan? Ustad minta izin kepada manusia antituhan ini untuk menjawab tiga pertanyaan ini dengan satu tindakan, mereka mempersilahkan.

Ustad mengambil patahan batu bata, dilemparkannya kepada kepala manusia anti tuhan ini sehingga kesakitan dan berdarah-darah, keributan terjadi sehingga tidak bisa diselesaikan tingkat RT dan RW sehingga sampai ke pengadilan. Sampai di persidangan, hakim bertanya kepada ustadz yang dituduh kriminal ini. Ustad menjawab.

“Saya hanya menjawab tiga pertanyaan dengan satu tindakan yang telah dipersilahkannya” Katanya Allah tidak bisa dilihat, sama dengan rasa sakit dikepalanya pun tidak bisa dilihat. Setan katanya dari api, tidak akan menderita di dalam neraka, sedangkan kepalanya juga kejadiannya dari tanah. Kemudian saya lempar dengan batu bata yang kejadiannya juga dari tanah, seharusnya dia tidak menderita.

Katanya takdir tidak perlu dipertanggungjawabkan. Saya lempar kepalanya dengan batu itu kan sudah takdir, buat apa untuk dipertanggungjawabkan. Akhirnya orang sekampung ini berdamai, manusia atheis ini sadar/insyaf, langsung beli sarung dan kopiah, masuk Islam dan rajin shalat ke mushala. Sebetulnya dengan memperhatikan keteraturan jagat raya ini dan memperhatikan diri kita sendiri, kita akan yakin bahwa Allah itu ada.

Cintailah  Allah, Allah pasti cinta kepada kita. Kita tidak perlu cinta kepada pangkat dan kekuasaan, dan kita tidak perlu cinta kepada harta yang semuanya itu pasti akan kita tinggalkan, apalagi tergila-gila dengan batu cincin. “Semoga tulisan ini menjadi renungan kita bersama”. (*)


Asril Manan - Tim Pendiri Pondok Pesantren Modern Terpadu Buya Hamka 

0 komentar:

Posting Komentar