Kalau kita ingin Allah bicara dengan kita: bacalah
Al Quran, kalau kita mau berbicara dengan baik kepada Allah, khusyukkanlah
nurani, khusyukkanlah pikiran, khusyukkanlah fisik dalam shalat sesuai tuntunan
rasul kita Muhammad SAW. Muhammad Iqbal seorang ulama besar dari Pakistan
pernah bertanya kepada orangtuanya, “Bagaimana membaca Al Quran dengan baik?”.
Orangtuanya menjawab dengan singkat, “Tatkala kamu membaca Al
Quran, anggaplah wahyu Allah itu turun kepadamu”. Al Quran petunjuk untuk
seluruh manusia. Tegasnya, siapa pun dan apa pun agama yang dianutnya sekarang,
kalau dia baca Al Quran, insya Allah dapat petunjuk, Al Quran lah yang
membimbing kita untuk tidak berpecah belah, Al Quran lah yang menuntun kita
untuk tahu apa yang ada di jagat raya ini adalah ciptaan Allah termasuk diri
kita sendiri.
Al Quran lah yang memerintahkan untuk membuang segala sifat jelek
di dalam diri kita, yaitu sombong, ria, dengki, pembenci, pemarah, hasut
fitnah, ketidakjujuran atau khianat. Al Quran adalah wahyu Allah, kata–kata
Allah yang wajib diimani. Jika dibakar pun Al Quran di seluruh dunia,
berjuta-juta hafizh bisa menuangkan kembali dalam bentuk kitab. Begitulah Allah
melindunginya dan menjamin keasliannya, dan kafir kalau orang tidak percaya
dengan Al Quran.
Lain halnya dengan sunnah Rasulullah, ada hadist-hadist yang
mutthawatir atau shahih yang harus kita ikuti, Ada hadist-hadist yang daif yang
wajib untuk kita ragukan. Banyak hadist yang sengaja dipalsukan oleh
musuh-musuh Islam. Alat untuk memecah belah umat karena dia dengki dan iri
terhadap persatuan umat Islam. Sebetulnya disinilah fungsi ulama untuk
membimbing umat memberitahu hal-hal yang meragukan yang sangat prinsip.
Umat Islam di dunia khusus di Indonesia, harus kenal betul dengan
musuh-musuh umat Islam yang abadi : lahir maupun batin maupun yang ghaib. Setan
adalah musuh manusia yang nomor satu secara ghaib. Zionist dan atheis dan
segala antek-anteknya adalah musuh yang nomor dua.
Kita harus waspada karena tingkat kemerosotan moral atau kesadaran
orang-orang yang mengikuti sistem setan, sistem atheis dan sistem zionis dalam
kehidupan ini sangat kejam, karena mereka sepenuhnya sudah mengabaikan suara
hati nurani kemanusiaannya. Sehingga mereka sudah kehilangan kemampuannya untuk
membedakan benar dan salah, hitam maupun putih.
Bapak Ibu pembaca dan saudara-saudaraku yang budiman, Ada suatu
kejadian di nusantara kita ini secara nasional yang sangat mengherankan kita.
Hobi akan batu cincin laki-laki maupun perempuan, rakyat atau pemimpin, bahkan
ada khatib sedang di atas mimbar membaca khutbah memakai cincin besar, maka
perhatian jamaahnya bukan pada isi khotbahnya tetapi kepada cincinnya yang
dipakainya. Itu batu apa?
Gubernur, wali kota, bupati tidak mau ketinggalan. Ada yang
menyelenggarakan kontes batu akiak, batu bacan, batu bacan dan peminatnya
sangat banyak sekali. Saya tidak tahu ini pertanda apa lagi yang akan terjadi
dengan bangsa kita. Dulu pada pemilu pertama dengan sistem multipartai
1955 hobi akan batu cincin ini cukup panjang berakhirnya sampai 1960.
Saya pribadi termasuk yang senang mengasah batu cincin. Pada saat
yang bersamaan dengan itu terjadi pertikaian antara pimpinan politik di negara
kita ini, di sebagian daerah sampai berdarah-darah. Kita bermohon kepada Allah
semoga kejadian itu tidak terulang lagi menimpa bangsa kita . Sistem
multipartai berulang kembali setelah kita tinggalkan cukup lama.
Awalnya sesuai dengan keinginan reformasi berjalan cukup baik,
tetapi sekarang sesuai dengan pepatah Minang, “cupak dipapek orang manggaleh,
jalan dialih orang lalu”. Maksudnya, masyarakat kita sudah dibodohi oleh orang
yang memiliki kepentingan pribadi/golongan/asing. Sistem setan, sistem zionis
dan sistem atheis sudah bermain kembali di tengah-tengah bangsa kita ini yang
ujung-ujungnya akan memecah belah bangsa kita ini.
Dalam sistem demokrasi yang kita jalankan sekarang yang mustahil
dan yang aneh-aneh bisa saja terjadi, dapat saja orang-orang yang tidak ahlinya
memegang peranan penting seperti wali kota, bupati, gubernur dan
jabatan-jabatan strategis lainnya. Melalui manusia-manusia inilah awal dari
kehancuran suatu bangsa dan bahkan peradaban karena kita telah memberikan suatu
tanggung jawab yang besar dan berat kepada manusia-manusia yang bukan ahlinya.
Dari pemilu ke pemilu dan pilkada ke pilkada yang menyita waktu
dan berbiaya mahal, untuk lahirnya seorang pemimpin belum melihatkan hasil
sesuai dengan harapan masyarakat. Pejabat bertambah sehat, masyarakat bertambah
melarat dan hal ini akan terus berlanjut selagi kita masih memakai sistem
demokrasi yang buruk. Dalam tahun ini pilkada Sumbar akan dilaksanakan,
lakon-lakon yang berminat untuk jadi gubernur sudah bermunculan.
Baliho di seluruh daerah ini dan tempat-tempat strategis sudah
terpampang dengan megahnya. Ada yang sudah jauh hari terpampang dimana-mana.
Ada baliho jadi jadian, ada baliho mewah-mewahan dan kalau kita simak kata-kata
yang tertera dalam baliho itu hanya mengandung tiga arti: manis, lucu, dan
aneh. Selama kita belum sepakat merubah sistem pemilihan pemimpin
dikhawatirkan sangat akan terpilih “pemimpin batu cincin”.
Kriteria “pemimpin batu cincin” ialah, semahal apa pun nilainya,
hanya ditentukan oleh orang-orang tertentu. Pemimpin ini akan mengabdi kepada
pengikatnya, partainya, tim suksesnya dan cukong politiknya. Bagi pemimpin ini,
hal tersebut di atas segala-galanya, bukan kepentingan masyarakat. Inilah yang
dinamakan pemimpin batu cincin. Semahal apa pun batu cincin, dia akan tetap
batu, batu yang tuli, batu yang bisu, dan batu yang buta.
Dia akan tuli mendengarkan jeritan nurani rakyatnya sendiri. Dia
akan buta melihat ketidakadilan terjadi di tengah-tengah masyarakat. Pemimpin
ini bisu mengatakan yang benar, karena takut kehilangan materi, rakyat tidak
perlu berharap terhadap pemimpin batu cincin. Sebelum Partai Komunis
Indonesia (PKI) dibabat Soeharto bersama masyarakat, ada suatu kejadian unik di
suatu kampung: orang antituhan ini datang ke rumah seorang ustad, lalu
mengajukan tiga pertanyaan.
Pertanyaan pertama: Kalau Tuhan memang ada kenapa tidak bisa
dilihat? Yang kedua kalau setan dari api masuk neraka dia tidak akan menderita.
Pertanyaan ketiga, kalau hidup ini memang takdir buat apa dipertanggungjawabkan?
Ustad minta izin kepada manusia antituhan ini untuk menjawab tiga pertanyaan
ini dengan satu tindakan, mereka mempersilahkan.
Ustad mengambil patahan batu bata, dilemparkannya kepada kepala
manusia anti tuhan ini sehingga kesakitan dan berdarah-darah, keributan terjadi
sehingga tidak bisa diselesaikan tingkat RT dan RW sehingga sampai ke
pengadilan. Sampai di persidangan, hakim bertanya kepada ustadz yang
dituduh kriminal ini. Ustad menjawab.
“Saya hanya menjawab tiga pertanyaan dengan satu tindakan yang
telah dipersilahkannya” Katanya Allah tidak bisa dilihat, sama dengan rasa
sakit dikepalanya pun tidak bisa dilihat. Setan katanya dari api, tidak akan
menderita di dalam neraka, sedangkan kepalanya juga kejadiannya dari tanah.
Kemudian saya lempar dengan batu bata yang kejadiannya juga dari tanah,
seharusnya dia tidak menderita.
Katanya takdir tidak perlu dipertanggungjawabkan. Saya lempar
kepalanya dengan batu itu kan sudah takdir, buat apa untuk
dipertanggungjawabkan. Akhirnya orang sekampung ini berdamai, manusia atheis
ini sadar/insyaf, langsung beli sarung dan kopiah, masuk Islam dan rajin shalat
ke mushala. Sebetulnya dengan memperhatikan keteraturan jagat raya ini dan
memperhatikan diri kita sendiri, kita akan yakin bahwa Allah itu ada.
Cintailah Allah, Allah pasti cinta kepada kita. Kita tidak
perlu cinta kepada pangkat dan kekuasaan, dan kita tidak perlu cinta kepada
harta yang semuanya itu pasti akan kita tinggalkan, apalagi tergila-gila dengan
batu cincin. “Semoga tulisan ini menjadi renungan kita bersama”. (*)
Asril Manan - Tim Pendiri Pondok Pesantren Modern Terpadu
Buya Hamka
0 komentar:
Posting Komentar