oleh : Guswandi
Pasca
reformasi, pemimpin Sumbar (Gubernur) selalu berganti, dan belum ada yang
menjabat dua periode. Mulai dari Zainal Bakar, Gamawan Fauzi dan terakhir
Marlis Rahman. Jika dibuka lagi sejarah penyebab gagalnya para Gubernur
“Batambuah” jabatan, ada bermacam-macam.
Apakah ini akan menjadi tradisi, atau hanya kebetulan semata?
Berdasarkan bocoran dari hasil survey, analisa banyak pengamat dan tokoh,
posisi Irwan berada di atas angin dan masih dalam posisi paling berpeluang
menjadi pemenang. Akankah Irwan menjadi gubernur yang mematahkan anggapan
tradisi satu periode tersebut, ibaratnya makan batambuah (menjadi gubernur
lagi)?
Saya agak sepakat dengan tanggapan Uda Abdullah Khusairi
terhadap pendapat Uda Shofwan Karim yang menyebut hanya IP dan MK yang layak
dapat kategori menjadi Gubernur, sedangkan yang lain hanya dapat label Wakil
Gubernur.
Karena pendapat Uda Shofwan sekilas memang masuk akal, tapi
setelah ditelaah lebih dalam, sepertinya ada yang terlupakan. Poin yang
terlupakan adalah alat ukur apa yang membuat “hanya” muncul nama IP dan MK.
Atau keberhasilan yang luarbiasa kedua kandidat Gubernur tersebut, sehingga
hanya mereka yang disebut layak.
Jika kandidat yang maju hanya itu ke itu saja, dan pengerucutan
opini sudah sejak dini dilakukan, kita hanya akan disajikan pilihan yang sama
setiap kali Pilkada dilakukan.
Dari sekian banyak nama yang disebut-sebut, ada yang sudah
mendapat amanah hampir 15 tahun menjadi pimpinan daerah, dan masih berminat
untuk maju kembali. Apakah memang sosok ini begitu hebat dan sukses besar,
sehingga dia layak “terus” untuk dicalonkan. Ataukah Sumbar dalam kondisi
krisis sosok, sehingga tak ada lagi kandidat lain.
Pernah
juga seorang teman bertanya, apakah benar ada kandidat dulu ngomongnya hanya
ingin satu kali menjabat, tapi setelah menang ternyata ingin lagi. Apakah sosok
itu keenakan atau memang kondisi mendesak dan memaksa agar dia harus melanggar
ucapannya? Pertanyaan itu sulit dijawab, karena menjelang pemilu, jawaban
apapun akan ditafsirkan berbeda oleh orang lain tergantung posisi orang itu
berada. Jika berada dipihak yang tersentil, maka jawaban kita akan dianggap
serangan.
Kalau memang para kandidat incumbent memang lebih layak dan
dibutuhkan, saya secara pribadi juga sepakat demi kemajuan Sumbar. Tapi jika
perkembangan Sumbar hanya berjalan ditempat, alangkah ruginya kita menyerahkan
mandat itu lagi kepada incumbent.
Kita juga jangan terlalu pesimis dengan kandidat yang baru
muncul dan mengandalkan niat serta semangat. Niat baik dan semangat yang mereka
usung akan menjadi energi positif bagi pembangunan di Sumbar.
Kita sebagai masyarakat Sumbar juga tidak salah jika membuka pintu kesempatan lebih besar bagi generasi muda untuk memimpin Sumbar. Dengan potensi yang dimiliki Sumbar, daerah ini butuh pemimpin yang lebih inovatif dan punya pandangan luas.
0 komentar:
Posting Komentar