Dalam politik ada istilah “bunuh
sebelum berkembang”. Artinya sebelum
kekuatan politik pesaing itu semakin kuat, maka bunuhlah dia. Dalam konteks
Pilkada Sumbar, strategi ini yang sedang berlansung, yang ujung-ujungnya adalah
memperkuat posisi Irwan Prayitno sebagai petahana.
Berdasarkan pengamatan suara
masyarakat -di sosial media, survei politik, sampai obrolan-obrolan warung
kopi, kompetitor Irwan Prayitno
sejatinya hanya tiga orang. Mereka adalah para pandeka politik Sumbar: Muslim Kasim, Shadiq
Pasadique, dan Fauzi Bahar. Ketiga nama ini selalu mengekor peluang Irwan
Prayitno untuk “makan bertambuah” sebagai Gubernur Sumbar.
Keunggulan Tiga Pandeka
Sebagai Wakil Gubernur Sumbar, mantan
Bupati Padang Pariaman dua periode, mantan birokrat, rencana politisi senior
berumur kepala 7, Muslim Kasim, untuk maju sebagai Cagub dalam Pilkada Sumbar
mendatang, jelas mengusik peluang Irwan Prayitno. Konon kunci kemenangan Irwan
Prayitno di Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman dan Kota Padang adalah
akibat solidnya warga Piaman yang mendukung Muslim Kasim. Jangan pula dilupakan
kekuatan media massa. Harian Haluan
adalah milik Basrizal Koto, besannya Muslim Kasim.
Selanjutnya Fauzi Bahar. Mantan
walikota Padang 2 periode terus membayang-bayangi langkah Irwan Prayitno.
Pengalaman pilgub Sumbar 2010 di mana Fauzi Bahar –Yohannes Dahlan berhasil
meraup 324.123 pemilih membuat Fauzi Bahar tidak bisa dianggap enteng. Fauzi
Bahar memang harus berbagi basis dengan Irwan Prayitno di Kota Padang, tetapi
dengan lepasnya dukungan warga Piaman dari Irwan Prayitno karena ditarik Muslim
Kasim, membuat posisi Fauzi Bahar akan semakin kuat di Kota Padang.
Gerakan sosialisasi Fauzi Bahar
pun terus berbuah. Elektabilitas Fauzi Bahar memang di bawah Irwan Prayitno,
tetapi perkembangan elektabilitas Fauzi
Bahar kian positif. Jika dilihat trend
surveinya, harus diakui, Fauzi Bahar elektabilitasnya terus naik. Sementara,
calon lain cenderung stagnan.
Apalagi kasak-kusuk #gerbongUNP
yang dihembus-hembuskan alumni muda dan aktivitas mahasiswanya untuk mendukung
Fauzi Bahar, sang ketua iluni Universitas Negeri Padang (UNP). Saat ini jumlah
mahasiswa UNP adalah yang terbesar di Sumbar, 35.000 orang, berikut civitas akademika
dan alumninya, jika solid tentu ini akan jdi kekuatan dukungan yang besar.
Bupati Tanah Datar Shadiq
Pasadique demikian pula. Meskipun
elektabilitasnya masih di bawah Irwan Prayitno, tetapi tingkat penerimaan
masyarakat Shadiq Pasadique adalah yang paling tinggi dibanding kandidat
lainnya. Jika konsepnya adalah dikenal, disukai dan dipilih – maka strategi tim
sukses Shadiq Pasadique boleh dibilang tinggal selangkah lagi. Sebagai Bupati
Tanah Datar, Shadiq Pasadique memiliki mesin politik dari berbagai kalangan
yang sangat kuat di Tanah Datar.
Ini bisa dilihat ketika Shadiq
Pasadique memajukan sang istri, Betti Shadiq Pasadigoe, sebagai caleg DPR RI
dalam Pileg lalu. Betti berhasil meraup sebanyak 77.663 suara pada Dapil Sumbar
I, di mana masyarakat tanah datar menyumbang 58.919 suara. Ini artinya 21,5%
dari total 274.103 pemilih yang terdaftar dalam DPT+DAK Kabupaten Tanah Datar
ada memilih Betti. Padahal, setelah
Golkar, runner up di Kabupaten Tanah Datar untuk caleg DPR RI adalah PPP dengan
total suara parpol + seluruh calegnya berjumlah
14.890 suara. Pertanyaannya berapa suara yang bisa diraup, jika sang
suami yang maju?
Bongkar Pasang Paslon
Yang paling hot, adalah gerakan
untuk “menjodoh-jodohkan” Muslim Kasim, Shadiq Pasadique dan Fauzi Bahar.
Karena Muslim Kasim sudah bertegas-tegas tidak akan berlaga jika pada posisi
cawagub, maka pilihan yang ada adalah 1) Muslim Kasim-Shadiq Pasadique; 2)
Muslim Kasim-Fauzi Bahar; 3) Shadiq Pasadique-Fauzi Bahar, 4) Shadiq Pasadique-Fauzi
Bahar.
Model Muslim Kasim-Shadiq
Pasadique sebenarnya sudah diapung-apungkan jauh-jauh hari. Ketiga Pilkada
masih didasarkan pada Perppu di mana Sumatera Barat bisa memiliki dua wagub,
sudah ada pembicaraan ke sana. Muslim Kasim sebagai Gubernur, dan wagubnya
adalah Shadiq Pasadique dan Samsu Rahim.
Tetapi seiring dengan perkembangan dinamika politik, seperti Shadiq
Pasadique masih menimbang-nimbang apakah akan maju sebagai cagub, atau cawagub
berpasangan dengan Muslim Kasim.
Pertimbangan Shadiq Pasadique
membuat model Muslim Kasim-Fauzi Bahar mulai diapung-apungkan. Adalah Basrizal
Koto yang pertama kali mewacanakannya kepada publik. Dan ternyata Fauzi Bahar pun menyahut dengan elegan –tidak
menolak, tetapi juga tidak mengiyakan, dalam artian tetap mencermati dinamika
politik di Sumbar. Artinya, jika
konstelasi politik mendukung, bisa jadi Fauzi Bahar “mewaqafkan” diri sebagai
cawagub-nya Muslim Kasim.
Terlepas dari bongkar-pasang duet
kandidat tersebut, pasangan manapun yang “deal” jelas akan menjadi pesaing kuat
pasangan Irwan Prayitno-Nasrul Abit, apalagi pasangan-pasangan kandidat yang
lain. Karena itu ketimbang bertempur, strategi terbaik adalah mencegah ketiga kandidat
ini berlaga. Caranya? Kita kupas pada
tulisan selanjutnya
*Buyuang Binguang adalah analis kelas kampung yang masih suka linglung
0 komentar:
Posting Komentar