Tak terasa, duet kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno- Muslim Kasim (IP-MK), sudah tiba di penghujung senja. Tidak berapa lama lagi, kebersamaan dan sinergitas yang sama-sama telah mereka bangun dalam menakhodai Sumbar sejak 15 Agustus 2010 silam, sebentar lagi hampir dipastikan akan berubah menjadi duel maut menuju arena pertarungan panas Pilgub Sumbar 2015. Sembari menunggu kepastian soal penetapan perubahan UU pemilihan kepala daerah (Pilkada), yang menurut rencana akan digolkan di paripurna DPR pada 17 Februari 2015, atau sehari sebelum penutupan masa persidangan kedua tahun sidang 2014-2015, namun berbagai fenomena dan dinamika yang berkembang jelang dihelatnya alek gadang lima tahunan di Sumbar itu, rasanya kian menarik untuk disimak dan diikuti. Karena, selain dua nama petahana (incumbent) IP-MK, sejumlah tokoh potensial lainnya, baik yang berasal dari kalangan akademisi, politisi, professional, mantan atau kepala daerah dari kabupaten/ kota, pengusaha, birokrat, tua maupun muda, juga diprediski akan ikut ambil bagian dalam meramaikan bursa kandidat calon gubernur/ wakil gubernur Sumbar periode 2015-2020 mendatang. Tentunya, jelang ‘genderang perang’ telah ditabuh dan para kontestan masuk ke dalam box start. Dari kalangan kepala daerah, sebut saja Bupati Solok Syamsu Rahim, Bupati Tanah Datar Shadiq Pasadigue, Bupati Pasaman Barat Baharuddin R, Walikota Padang Panjang Hendri Arnis dan Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit. Sementara dari kalangan politisi seperti anggota DPR RI Epyardi Asda (PPP), Ketua DPRD Sumbar Hendra Irwan Rahim (Golkar), anggota DPR RI/ mantan Walikota Padang Panjang Suir Syam (Gerindra), Ketua Demokrat Sumbar/ mantan Walikota Payakumbuh Josrizal Zein, politisi PAN Asli Chaidir dan Taslim dan sederetan nama-nama lainnya, baik dari kalangan akademisi, professional dan birokrat. Duel maut..!! Dua rangkaian anak kata, yang sebenarnya sangat menarik untuk dikupas, terutama dalam menganalogikan betapa dahsyatnya peta persaingan antara dua petahana, yang oleh banyak pihak sama-sama disebut sebagai two major powers (dua simpul kekuatan utama) pada Pilgub Sumbar 2015 mendatang. Betapa tidak, keduanya tengah sama-sama berkuasa, punya modal dan punya kekuatan besar (basis massa/ suara) untuk saling berpacu. Tentu tanpa mengenyampingkan potensi dan kekuatan tokoh-tokoh lain yang juga akan maju. Jika benar keduanya masuk box start (sebagai petahana), dipastikan duel maut akan benar-benar menyemarakkan pesta demokrasi di Sumbar pada 2015 ini. Betapa tidak, selain sebagai dua simpul kekuatan utama, keduanya tentu sama-sama memiliki elektabilitas yang tinggi. Apalagi sebelum menjabat Gubernur/ Wakil Gubernur Sumbar, baik IP maupun MK, juga telah sama-sama memiliki rekam jejak dan pengalaman politik berbeda. IP misalnya, selain pernah ikut bertarung sebagai cagub Sumbar pada 2005 lalu, politisi PKS ini juga pernah mengecap posisi sebagai anggota DPR RI, sebelum akhirnya kembali mengikuti pertarungan di arena Pilgub Sumbar 2010 dan menang. Sementara MK, dengan bermodalkan kekuatan jaringan PKDP, plus rekam jejaknya selama dua periode memimpin Padang Pariaman, tentu akan menjadi tiket paling mahal untuk selanjutnya naik peringkat menjadi orang nomor satu. Kekuatan sang petahana sebagai two major powers, tentu tidak akan berarti apa-apa tanpa sosok tangguh sebagai juru kunci. Sosok yang tentunya akan mendampingi dalam persandingan menuju alek besar itu. Kembali mengurai nama-nama yang sudah disebut diatas, hampir sebagian dari mereka, sepertinya memang telah dikondisikan dan dipersiapkan sebagai anak daro. Setidaknya, rumor ini juga telah dipetakan sejumlah pengamat dan kalangan politik menjadi kelompok-kelompok kekuatan yang dipastikan akan bertarung pada Pilgub mendatang. Bukan menjadi rahasia umum, jika sejak beberapa waktu belakangan, disebutkan bahwa simpul kekuatan yang kini di tangan IP, akan berpadu dengan kekuatan Bupati Pesisir Selatan, Nasrul Abit/ Ketua Demokrat Sumbar, yang juga mantan Wako Payakumbuh, Josrizal Zein. Sementara simpul kekuatan lainnya yang juga dimiliki MK, dikabarkan akan berkolaborasi dengan kekuatan kepala daerah, yakni Bupati Solok Syamsu Rahim/ Bupati Tanah Datar, M Shadiq Phasadigoe. Menyikapi dinamika politik yang kini tengah berkembang, Irwan Prayitno justru melihat kondisi tersebut sebagai atmosfer positif jelang dihelatnya Pilgub Sumbar 2015 mendatang. Terbaginya beberapa poros kekuatan calon gubernur dan wakil gubernur aku Irwan, diyakini sebagai sebuah iklim membaiknya perjalanan demokrasi di Sumbar. “Bagus, berarti demokrasi hidup di Sumbar,” katanya menjelaskan, Rabu (14/1). Ketika disinggung terkait kesiapannya dalam menghadapi poros yang mulai terbentuk, serta peluang dirinya maupun PKS, Irwan memilih tak berkomentar banyak. PKS bersama dirinya hingga kini masih menunggu hasil akhir pembahasan di DPR terkait Perppu Pilkada No 1 tahun 2014 tentang Pilkada. Tokoh masyarakat Pesisir Selatan Budi Syukur beranggapan, Bupati Nasrul Abit pantas diperhitungkan karena keberhasilannya menyulap Pesisir Selatan menjadi daerah yang tak dilirik menjadi primadona wisata. “Lihat saja hari ini. Pessel, khususnya Painan sudah menjadi primadona baru pariwisata di Sumbar. Itu kan salah satu buah dari kepemimpinan Nasrul Abit yang pantas jadi model di Sumbar. Saya yakini, tak banyak kepala daerah di Sumbar yang punya catatan baik menyulap daerah seperti yang dikembangkan Nasrul Abit,”katanya. Menurut Ketua Organda Sumbar itu, apa yang dikembangkan Nasrul Abit tadi sudah pantas untuk diboyong ke level yang lebih tinggi. Konsep-konsep pembangunan yang tersistem menjadi acuan dan model pemimpin di sebuah daerah. Sementara dari pantauan Haluan di lapangan, sejumlah ruang publik politik Sumbar juga semakin diramaikan dengan kemunculan baliho MK, SR, Shadiq yang hampir dipastikan sebagai satu paket pasangan kandidat calon Gubernur Sumbar mendatang. Kemunculan Baliho dan spanduk yang sudah tersebar di beberapa kabupaten/Kota di Sumbar ini, diperkirakan sebagai representasi atas komitmen bersama MK,SR, dan Shadiq menuju pertarungan Pilgub Sumbar. Dari informasi yang berkembang, munculnya fenomena MK, SR dan Shadiq sudah sering terlihat turun bersama untuk menyapa masyarakat di sejumlah daerah di Sumbar, semakin memperkuat keyakinan masyarakat jika satu poros kekuatan sudah terbentuk, meski secara resmi belum tertuang diatas kertas. “Dengan mengangkat jargon tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin, MK, SR dan Shadiq diperkirakan akan menjadi pesaing kuat bagi kandidat lainnya, terutama satu poros kekuatan dari kalangan petahana, yakni Irwan Prayitno,” ujar salah seorang pemuka adat Solok, Zul Muncak. Terlepas dari apapun partai politik atau gabungan parpol yang akan mengusung para petahana kelak, yang jelas dari kemunculan nama-nama tokoh yang berasal dari kalangan kepala daerah kabupaten/ kota itu, tentu akan menambah sengitnya pertarungan antar petahana, pun terhadap seluruh kandidat yang akan bertarung nantinya. Setidaknya, para calon telah memiliki kekuatan basis dan dukungan suara di daerah masing-masing. Mewaspadai Kuda Hitam Selain dua nama sang petahana, kekuatan di luar kekuasaan saat ini, tentu tak bisa dianggap enteng, tak bisa dipandang sebelah mata. Meski kecenderungan politik kerap ‘memenangkan’ incumbent di beberapa hajatan politik lokal, namun tak satu dua pula petahana yang harus tersingkir, tumbang dan akhirnya dengan ikhlas menyerahkan estafet kepemimpinan mereka kepada pesaingnya, yang nota bene berstatus kuda hitam. “Ya, di atas kertas, dua petahana boleh bangga dengan kekuatan, pun kekuasaan yang kini tengah di tangannya. Namun selain akan sangat ditentukan oleh juru kunci (wakil), mereka juga harus jeli dan awas terhadap pergerakan kuda hitam, yang nota bene akan menjadi kekuatan di luar lingkar kekuasaan,” kata H. Nasrullah Nukman, salah seorang politisi senior Kota Padang Panjang. Dikatakan Nasrullah, sosok kuda hitam yang dimaksud, bisa saja berasal dari kolaborasi tokoh-tokoh besar yang datang dari kalangan politisi, praktisi, akademisi, pengusaha, dan bahkan pecahan dari poros-poros kekuatan yang diprediski sudah terbentuk sebelumnya. Dengan hitung-hitungan modal dan kekuatan yang dimiliki, bukan tidak mungkin dua petahana akan dihadapkan pada pertarungan sengit. “Untuk menghadapi perang besar melawan dua simpul kekuatan utama, saya yakin jika setiap kandidat yang juga ingin berpartisipasi pada suksesi Pilgub Sumbar kali ini, sudah benar-benar mengukur langkah dan menghitung kekuatan. Hal ini, tentu untuk menghindari agar tidak hanya dicap sebagai pelengkap derita, atau sekedar parami-rami alek semata,” tandas Nasrullah, yang juga anggota DPRD Kota Padang Panjang ini. (h/yan/eni/ndi/mat) |
harianhaluan |
0 komentar:
Posting Komentar