Belakangan santer terdengar
manuver politik untuk membangun koalisi antara PKS-Gerindra dan PAN dalam
Pilkada Sumbar. Pasangan calonnya hampir pasti adalah Irwan Prayitno-Nasrul
Abit.
Untuk bisa mengusung pasangan
dalam Pilkada Sumbar, gabungan parpol wajib memiliki 13 kursi, yaitu 20% dari
total 65 kursi DPRD Sumbar. Pada Pileg 2014, PKS memiliki 7 kursi dan Gerindra
8 kursi. Artinya koalisi PKS-Gerindra sebenarnya sudah cukup. Tetapi mengapa
PAN, yang juga memiliki 8 kursi di DPRD Sumbar, juga harus dirangkul? Ini bukan
sekedar perihal perluasan mesin politik. Gerakan ini adalah untuk menjegal
Fauzi Bahar maju sebagai cagub Sumbar.
Fauzi Bahar, mantan walikota
Padang 2 periode tersebut memang terus membayang-bayangi langkah Irwan
Prayitno. Pengalaman pilgub Sumbar 2010 di mana Fauzi Bahar –Yohannes Dahlan
berhasil meraup 324.123 pemilih membuat Fauzi Bahar tidak bisa dianggap enteng.
Fauzi Bahar memang harus berbagi
basis dengan Irwan Prayitno di Kota Padang, tetapi dengan lepasnya dukungan warga
Piaman dari Irwan Prayitno karena ditarik Muslim Kasim, membuat posisi Fauzi
Bahar akan semakin kuat di Kota Padang. Konon kunci kemenangan Irwan Prayitno
di Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman dan Kota Padang adalah akibat
solidnya warga piaman yang mendukung Muslim Kasim.
Gerakan sosialisasi Fauzi Bahar
pun terus berbuah. Elektabilitas Fauzi Bahar memang di bawah Irwan Prayitno,
tetapi perkembangan elektabilitas Fauzi
Bahar kian positif. Jika dilihat trend
surveinya, harus diakui, Fauzi Bahar elektabilitasnya terus naik. Sementara,
calon lain cenderung stagnan.
Apalagi kasak-kusuk #gerbongUNP
yang dihembus-hembuskan alumni muda dan aktivitas mahasiswanya untuk mendukung
Fauzi Bahar, sang ketua iluni Universitas Negeri Padang (UNP). Saat ini jumlah
mahasiswa UNP adalah yang terbesar di Sumbar, 35.000 orang, berikut civitas
akademika dan alumninya, jika solid tentu ini akan jdi kekuatan dukungan yang
besar.
Signal penjungkalan Fauzi Bahar ini
kian kuat mengingat telah berhembus pertemuan antara Irwan Prayitno dan
pengurus PAN Sumbar. Pertemuan ini diikuti dengan safari politik Ketua DPP PAN
Taslim Chaniago telah melakukan safari politik dengan bertemu Ketua DPD I
Gerindra Sumbar, Suir Syam. Pertanyaannya, mengapa PAN tidak mau mengusung
Fauzi Bahar yang notabene adalah kader internal?
Jawabannya ada pada Asli Chaidir.
Kita tahu kalau hubungan antara Fauzi Bahar dan Asli Chaidir tidaklah elok. Pada
Pilkada Kota Padang contohnya, ketika Asli
Chaidir mendukung DeJe, Fauzi
Bahar malah mendukung Mahyeldi-Emzalmi. Konon ketika Asli Chaidir menjadi Koordinator
Forum Pemenangan Hatta Rajasa
Poros Sumatera, Fauzi Bahar lagi-lagi mendukung Zulkifli Hasan. Kendati masuk
gerbong yang kalah, pengaruh Asli Chaidir masih sangat kuat pada pengurus PAN
Sumbar, hingga pengurus PAN di tingkat kota/kabupatennya.
Taslim Chaniago yang sadar kalau
tidak mungkin lagi berlaga dalam Pilkada Sumbar berencana menduduki kursi Ketum
PAN Sumbar. Masalahnya, kendati masuk gerbong yang kalah, pengaruh Asli Chaidir
masih sangat kuat pada pengurus PAN Sumbar, hingga pengurus PAN di tingkat
kota/kabupaten di Sumatera Barat.
Maka dua kepentingan pun bertemu.
Sebagai gerbong yang kalah, akses Asli
Chaidir untuk menjegal Fauzi Bahar di tingkat DPP PAN sangat terbatas. Untuk
itu Taslimlah yang bergerak. Sebagai Ketua DPP PAN, Taslim menggunakan hubungan
baiknya dengan Zulkifli Hasan dan Amin Rais untuk memuluskan langkah tersebut.
Sebagai gantinya, Asli Chaidir berjanji mendukung Taslim dalam pencalonannya
sebagai Ketum DPW PAN Sumbar.
*Buyuang Binguang adalah analis kelas kampung yang masih
suka linglung
0 komentar:
Posting Komentar